Home > Risalah

Man Jadda wa Jadda, Bukti Hasil Tak Menghianati Usaha

Air Zam Zam di Makkah itu mengalir tak henti sampai sekarang, setelah 38 abad berlalu.
Air Zam Zam dapat dinikmati umat secara gratis bagi jamaah haji dan umroh di Tanah Suci. (Foto: Mursalin Yasland)
Air Zam Zam dapat dinikmati umat secara gratis bagi jamaah haji dan umroh di Tanah Suci. (Foto: Mursalin Yasland)

SumatraLink.id -- Siti Hajar tak patah arang setelah ditinggal suami memenuhi panggilan Allah SWT. Terik matahari menyengat tubuhnya di padang pasir tandus nan gersang, ia menjelajah bolak balik Bukit Safa dan Marwah, dengan harapan ada secercah harapan hidup di ujung bukit.

Ia berjalan menjelajah Bukit Safa ke Bukit Marwah yang berjarak sekira 450 meter di tanah Makkah. Istri kedua Nabi Ibrahim tersebut mengitari tujuh putaran bolak balik kedua bukit cadas tersebut sekitar 3,5 kilometer. Tak ada tanda kehidupan, semua fatamorgana.

Siti Hajar tak melemah sedikitpun. Ia sudah mengikhlaskan dan melepaskan suaminya yang dijuluki kholilullah (kekasih Allah) pergi memenuhi perintah Robb-nya. Rela tak rela, anak-istri harus berdiam di lembah padang pasir dengan bekal seadanya. Terjadilah dialog singkat.

“Hai Ibrahim kemana engkau hendak pergi. Apakah engkau akan meninggalkan kami di lembah ini tidak terdapat seorang manusiapun dan tidak pula makanan apapun?” tanya Siti Hajar.

Ibrahim diam seribu kata tanpa menoleh kepadanya. Siti Hajar mengulangi pertanyaan itu berkali-kali. Tapi, Ibrahim tetap diam. “Apakah Allah menyuruhmu melakukan ini?” tanya Siti Hajar.

“Ya,” jawab Ibrahim singkat. Mendengar jawaban pendek itu, “Kalau begitu, kami tidak disia-siakan (oleh Allah),” ujar Siti Hajar. Dia kembali menyusui bayinya, sedangkan Ibrahim melaju pergi. Di kejauhan Ibrahim berbalik menghadap baitullah dan berdoa.

Tangisan bayi bernama Ismail AS semakin kencang, tak ada manusia pun melintas antara dua bukit itu untuk meminta tolong. Perempuan yang kuat dan tegar itu yakin dengan pertolongan Allah SWT.

Siti Hajar optimistis Allah Sang Penguasa Alam tidak akan menyia-nyiakan hambanya setelah ditinggal kholilullah atas perintah-Nya. Apalagi berada di baitullah, Kakbah, yang kelak dibangun Nabi Ibrahim dan Ismail, anaknya.

Sembari menangis kencang, Ismail menghentak-hentakkan kakinya ke bumi. Siti Hajar mendekat dan terdiam sejenak. Ia mendengar suara, “Diam!”. Dia mencari suara tersebut. Setelah mendengarnya. “Apakah engkau dapat memberikan bantuan?” Malaikat mengais tanah dan Siti Hajar melakukan hal sama, maka keluarnya semburan air. Siti Hajar mengisi bejananya dengan menciduknya. “Zam Zam (banyak banyak)... Zam zam....” kata Siti Hajar bersyukur.

Sejak itu, air yang dinamakan Zam Zam di Makkah itu mengalir tak henti sampai sekarang, setelah 38 abad berlalu. Air zam zam masih dapat dinikmati umat seluruh dunia saat berhaji maupun berumroh.

Air yang penuh manfaat dan khasiat itu meninggalkan jejak sejarah manusia. Sumur zam zam di Makkah tak pernah kering dalam kondisi cuaca bagaimana pun.

Ketika berada di Masjidil Harom, Makkah atau di Masjid Nabawi, Madinah, air zam zam dapat dinikmati sepuasnya dan gratis. Ada yang normal (not cold), ada yang dingin. Ketika sudah berada di toko, air zam zam dalam galon lima liter seharga 30 riyal atau Rp 130.000 (kurs 1 SR = Rp 4.300). Tapi, kalau sudah di Indonesia harga air zam zam lebih mahal lagi.

Man jadda wa jadda, pepatah Arab yang berarti siapa yang bersungguh-sungguh akan menikmati hasil. Kalau bahasa sehari-hari istilahnya hasil tidak mengkhianati usaha. Itulah lakon Siti Hajar bersama Ismail AS di tanah Makkah, yang sepi kerontang, tidak seramai sekarang apalagi ber-AC.

Jerih payah Siti Hajar menjadi ritual dalam pelaksanaan ibadah haji dan umroh. Jamaah berjalan dan berlari kecil antara Bukit Safa dan Marwah sambil berdoa dan berzikir sebanyak tujuh putaran.

Secara logika, tak masuk akal. Tapi, karena usahanya Allah SWT tampakkan hasilnya, yang tidak disangka dan tidak diduga. Kalaulah Siti Hajar, tidak bolak balik Safa – Marwah, barangkali takdir berkata lain.

Kita banyak belajar dari pergulatan hidup Siti Hajar dan Ismail AS saat ditinggal Nabi Ibrahim AS. Tak ada yang tak mungkin, kalau Allah SWT sudah berkehendak.

Bertaburan kisah hidup seseorang seperti demikian. Manusia hanya bisa menjalani, hasilnya biarlah Allah Yang Maha Kuasa menentukan. Bukan tak mungkin, setetes keringat mampu mengubah dunia. (Mursalin Yasland/Makkah)

× Image