Home > Risalah

15 Hari Nabi Muhammad SAW Bermuram Durja, Apa Masalahnya?

Siapa yang membaca surah al-Kahfi pada hari Jumat diberi cahaya diantara dua Jumat.
Masjidil Haram di Makkah, Saudi Arabia. (Foto: Mursalin Yasland)
Masjidil Haram di Makkah, Saudi Arabia. (Foto: Mursalin Yasland)

SumatraLink.id -- Wahyu terputus (berhenti) 15 hari, Nabi Muhammad SAW bersedih. Tak satu wahyu pun turun dari Allah SWT, sementara malaikat Jibril as juga tidak datang menemui Nabi seperti biasanya. Penduduk Makkah kalangan kaum Quraisy gusar dan menyebar hoaks.

Nabi Muhammad SAW bersedih, terpukul, dan berdiam diri, karena wahyu dari Allah SWT tidak segera turun. Penduduk Makkah kalangan Qurasy makin masif menyerang Nabi SAW dengan fitnah-fitnah yang tidak mengenakkan di hati beliau.

Kesedihan Nabi SAW ini bermula dari kisah dua orang utusan kaum Qurasy an-Nadhar bin al-Harits dan Uqbah bin Abi Mu’ith kepada pendeta Yahudi di Madinah. Mereka berdua pergi ke Madinah untuk menanyakan tentang kenabian Muhammad SAW.

Pendeta ini dikenal ahli kitab (taurat) pertama yang masih belum ternoda silaunya dunia. Pendeta ini memiliki ilmu tentang kitabnya yang tidak dimiliki oleh orang lain, terutama tentang kenabian. Kedua utusan bertanya kepada pendeta tersebut mengenai kenabian Muhammad SAW.

“Sesungguhnya kalian adalah Ahli Taurat, kami datang kepada kalian mau memberitahu kami tentang sahabat kami ini (Muhammad),” tutur salah satu utusan tersebut.

Kepada utusan kaum Qurasy di Makkah tersebut, pendeta Yahudi ini mengatakan, tanyakan langsung kepada Muhammad tentang tiga perkara. Sekiranya, Muhammad dapat menjawab tiga pertanyaan itu kepadanya, maka dia seorang nabi.

Namun, kata pendeta tersebut, jika dia (Muhammad) tidak dapat menjawab tiga perkara tersebut, maka ia hanya seorang yang banyak omong, bukan seorang nabi yang diutus oleh Allah SWT. Mereka berdua bergegas menemui Nabi Muhammad SAW di Makkah.

Tiga perkara yang dibawa dua utusan tersebut kepada Nabi Muhammad SAW yakni, pertama, tanyakan kepada dia tentang beberapa orang pemuda yang pergi pada masa pertama, lantas apa yang terjadi pada mereka (pemuda itu)?

Kedua, tanyakan kepada mereka tentang seorang yang berkeliling hingga sampai belahan timur dan barat bumi ini? Pertanyaan ketiga, terakhir, tanyakan kepada dia tentang ruh?

“Jika dia mampu menjawab itu, dia seorang nabi, maka ikutilah. Tapi, kalau dia tidak memberikan jawaban atas tiga pertanyaan itu, dia seorang yang banyak bicara, maka berbuatlah kalian,” kata pendeta.

Tiga perkara titipan pendeta Yahudi ini dibawa dua utusan tersebut untuk ditanyakan langsung kepada Nabi Muhammad SAW. “Aku akan beritahukan apa yang kalian tanyakan itu besok hari,” kata Rasulullah SAW kepada utusan tersebut. Mendengar jawab Nabi SAW, kedua utusan Qurasy pulang ke kampungnya.

Kenapa Nabi SAW bermuram durja yang memukul hatinya? Setelah menjawab pertanyaan utusan tersebut dengan tegas mengatakan BESOK HARI secara pasti tanpa kata in shaa Allah, disinilah masalahnya terkait melesetnya janji Nabi SAW. Sejak itu, wahyu dari Allah SAW yang diharapkan turun untuk menjawa tiga perkara itu, ternyata tidak turun-turun. Malaikat Jibril as yang biasa datang, juga tidak hadir.

× Image