Bertanyalah Sebelum Tersesat Lebih Jauh
SumatraLink.id -- Berilmu dulu sebelum berkata dan berilmu sebelum berbuat, itu lebih selamat. Dengan ilmu baik ilmu agama (akhirat) ataupun ilmu umum (dunia) yang baik) akan mengangkat derajat seseorang di dunia maupun akhirat.
Orang yang tak berilmu, bagaikan hidup dalam hutan belantara. Semua tersedia, tapi tak dapat dimanfaatkan. Maka rugilah bagi kita yang tidak berilmu mulai dari yang kecil-kecil, remeh temeh, apalagi yang mahir atau ahli (expert).
Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam (SAW) bersabda, “Sesungguhnya obat tidak tahu adalah bertanya.” (HR. Abu Dawud).
Tidak ada alasan bagi kita, bila belum mengetahui untuk bertanya agar mengetahui sesuatu hal tersebut. Sikap masa bodoh dalam mencari ilmu, akan menyesatkan diri kita sendiri. Malu bertanya sesat di jalan, kata pepatah lazim.
Islam telah mengajarkan orang yang berilmu derajatnya lebih tinggi. Tidak saja di dunia, terlebih di akhirat. Ilmu Allah SWT sangat luas tidak tak terhingga. Dalam perumpamaannya, meskipun tinta di lautan dituliskan di dunia ini, tidak sebanding dengan ilmu yang Allah miliki. Nah, bagaimana dengan kita?
Dalam surat Al Mujadilah ayat 11. Allah Ta’ala berfirman: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.“ (Al Mujadilah : 11).
Banyak hal yang belum kita ketahui di dunia ini. Perkara-perkara beribadah dan bermuamalah menjadi penting untuk diketahui dan tentunya harus diamalkan agar bermanfaat bagi diri kita dan orang lain.
Contoh-contoh perkara yang patut diketahui tentang diri kita sendiri, saudara laki-laki atau perempuan kita, pada keluarga kita, orang tua, berumahtangga, berkawan, bergaul di lingkungan rumah, kantor/pekerjaan, bermuamalah, bernegara, berpolitik, dan lainnya.
Untuk itu, bertanyalah. Bertanya disini tentu kepada orang yang memang benar-benar berilmu dan dapat dipercaya, bukan yang abal-abal atau kawe-kawe.
Allah SWT berfirman, “Maka bertanyalah kepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl : 43).
Dalam Islam, Allah telah mewahyukan kepada Nabi Muhammad SAW Al-Quran yang diturunkan secara berangsur-angsur atau bertahap sesuai dengan kondisi atau kejadian saat itu. Jadi, tidak sekaligus ilmu yang telah diturunkan di dunia ini, agar umatnya dapat mengetahuinya.
Semua hal sudah sempurna diajarkan Rasulullah SAW kepada para sahabatnya selama hidupnya 23 tahun, baik di Makkah 10 tahun dan di Madinah 13 tahun. Urusan mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali, semua sudah disunnahkan Rasul SAW.
Ada yang langsung diajarkan, dipraktekan, dan ditetapkan. Ada juga yang melalui pertanyaan para sahabatnya. Pertanyaan-pertanyaan baik yang sifatnya umum maupun yang tersembunyi atau tak lazim, urusan pribadi baik urusan lelaki ataupun perempuan.
Terkisah, saat Ummu Sulaim rodhiyallahu anha mendatangi Nabi SAW, dia memberikan diri bertanya tentunya didampingi Ummu Salamah, istri Nabi SAW.
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu menyampaikan kebenaran. Apakah wanita wajib mandi apabila dia bermimpi?” tanya Ummu Salamah, soal pribadi perempuan yang sensitif.
Nabi SAW menjawab, “Ya, jika dia melihat air!” Maksudnya, bila dia mimpi mengeluarkan air atau basah atau dalam kondisi junub. Maka, dia wajib mandi meskipun di perempuan.
“Apakah wanita bermimpi (dikatakan) junub juga?” timpal Ummu Salamah di samping Nabi SAW.
Dari semua itu, setelah selamat dari ketersesatan dalam kebodohan yang berkepanjangan, hendaknya orang berilmu juga tidak membelakangi apalagi melupakan hal terpenting yakni adab. Adab menjadi utama dan terdepan dibandingkan ilmu. Wallahualam bishawab. (Mursalin Yasland)