Prabowo Pukul Meja di Sidang PBB: Diplomasi atau Emosi?

SUMATRALINK.ID – Oleh Aisyah Syaidhatil Ilmi (*
Panggung sidang PBB New York Amerika serikat, biasanya diwarnai Bahasa diplomasi yang baik, halus, penuh sopan santun, dan kalimat yang terukur. Namun momen yang berbeda muncul Ketika presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto tiba-tiba memukul meja saat menyuarakan dukungan untuk Palestina.
Aksi tersebut sontak menarik perhatian dunia dan menimbulkan pertanyaan: Apakah pukulan meja tersebut merupakan strategi diplomasi simbolik atau sekedar luapan emosi spontan saja?
Konsitensi Indonesia mendukung Palestina
Dukungan Indonesia terhadap Palestina bukanlah hal baru. Sejak awal kemerdekaan, politik luar negeri Indonesia menegaskan prinsip “Bebas Aktif” yang diwujudkan dalam solidaritas terhadap bangsa-bangsa yang masih terjajah. Palestina menjadi salah satu isu utama karena
hingga kini rakyatnya masih berjuang melawan serangan yang dilakukan secara terus menerus oleh Israel.
Indonesia juga termasuk negara pertama yang mengakui kemerdekaan Palestina pada 1988, ketika Yasser Arafat memproklamasikan negara Palestina. Dukungan ini diperkuat dengan konsistensi Indonesia untuk tidak membuka hubungan diplomatik dengan Israel sampai ada pengakuan kemerdekaan Palestina. Dengan latar belakang sejarah tersebut, pidato Prabowo di PBB tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari komitmen panjang Indonesia.
Makna Simbolik “Pukul Meja”
Dalam diplomasi, gestur bisa memiliki arti lebih kuat daripada kata-kata. Pukulan meja yang dilakukan Prabowo dapat dimaknai sebagai simbol kemarahan terhadap ketidakadilan yang dialami dan diderita oleh rakyat Palestina. Gestur itu seolah ingin mengguncang forum internasional, menegaskan bahwa isu Palestina tidak bisa terus dipinggirkan.
Namun, aksi ini juga memunculkan dua tafsir berbeda. Bagi sebagian orang, itu adalah simbol keberanian dan ketegasan seorang pemimpin baru Indonesia di panggung dunia. Bagi yang lain, gestur tersebut dinilai kurang elegan dan berisiko menimbulkan persepsi emosional dalam forum diplomasi. Perdebatan ini menunjukkan bahwa gaya komunikasi dalam diplomasi selalu sarat makna.
Respons Publik dan Politik Domestik
Di dalam negeri, mayoritas masyarakat memberikan apresiasi positif. Dukungan terhadap Palestina punya basis emosional dan historis yang kuat di Indonesia, sehingga tindakan Prabowo dianggap mewakili suara rakyat. Aksi simbolik tersebut juga memperkuat citra Prabowo sebagai pemimpin yang berani, nasionalis, sekaligus peduli pada isu kemanusiaan global.
Namun tidak bisa dipungkiri, momen ini juga bisa dibaca sebagai strategi politik domestik. Sebagai presiden, Prabowo perlu menunjukkan karakter kepemimpinan yang tegas dan berpihak pada nilai keadilan. Dukungan terhadap Palestina adalah isu yang relatif aman di dalam negeri karena mayoritas masyarakat Indonesia mendukung Palestina. Dengan demikian, pidato itu berpotensi memperkuat legitimasi politiknya di mata rakyat.