Home > Ulasan

Lalat Hitam, Solusi dari Masalah Sampah Menumpuk

Selain mengurai tumpukan sampah juga menghasilkan pupuk tanaman dan pakan ternak.

Lalat, menjijikan tapi berguna mengatasi tumpukan sampah. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)
Lalat, menjijikan tapi berguna mengatasi tumpukan sampah. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)

Ia menjelaskan kehadiran BSF dalam mengolah limbah sampah, dapat menghasilkan rupiah yang sangat besar, bila berkembang ke depan. Selain mengurai sampah juga menghasilkan pupuk untuk tanaman, dan juga sumber protein tinggi bagi pakan ternak.

Hasil olahan BSF ini, memiliki kandungan protein larva dan prepupanya mencapai 45 persen, lemaknya 35 persen, serta asam aminonya lengkap. Selain itu, jenis tersebut juga mengandung zat kitin yang baik untuk pupuk, kemampuan berkembang biaknya cepat, dan hidup di iklim tropis. Selain sisa larvanya, juga bila dikembangkan dapat menjadi bahan baku untuk komestik terutama untuk kulit.

Proses penguraian limbah sampah oleh BSF dalam dekomposer ini, telur yang menjadi larva lalat atau magot menjadi unsur penghancur utama dengan waktu yang singkat sekitar 30 hari. Selama proses ini, tidak menimbulkan penyakit bagi manusia dan hewan, juga tidak menghasilkan limbah baru, atau zero waste.

Memang yang menjadi masalah perilaku masyarakat yang membuang sampah, masih perlu diurus. Menurut Agus, bila ada yang membuang sampah sebanyak satu kilogram, akan menghasilkan 100 ribu ekor lalat bertebaran. Kalau dibiarkan, hamparan tanah akan ditutupi lalat semua.

Kehadiran BSF salah satu solusi persoalan limbah sampah ini untuk menghasilkan hal yang bermanfaat bagi masyarakat. Jika separuh dari lalat itu betina, seekor lalat bisa menghasilkan telur hingga 500. Setidaknya, dalam satu life circle selama satu bulan, 2,5 kg sampah bisa menghasilkan 62,5 juta telur lalat.

Sumber protein dari lalat terdapat pada fase larva dan prepupa. Sumber protein di fase tersebut bisa mencapai 45 persen. Pakan ini bila diberikan ke ayam dan ikan dan dimakan manusia di Indonesia, makan orang Indonesia akan cerdas.

Agus Pakpahan meneliti bidang budi daya lalat hitam ini selama empat tahun. Dari penelitian itu, terdapat kata akhir. "Ternyata lalat kawin di udara pada siang hari," kata Agus berseloroh. (Mursalin Yasland)

× Image