Home > Kisah

Penjaga Hutan Sebangau Bertarung dengan Senjata Api Preman

Pengancam kawan sendiri yang dibayar cukong "illegal logging" menjadi preman hutan.
Krisyoyo mendayung perahu klotoknya menyusuri Sungai Sebangau, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, beberapa waktu lalu. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)
Krisyoyo mendayung perahu klotoknya menyusuri Sungai Sebangau, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, beberapa waktu lalu. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)

SumatraLink.id (REPUBLIKA NETWORK) -- Suara chinsaw (gergaji mesin) sayup-sayup dari kejauhan, membuat Krisyoyo resah. Lelaki usia 36 tahun itu dengan perahu klotoknya menyusuri sungai menuju kawasan Hutan Taman Nasional Sebangau (HTNS), Kalimantan Tengah (Kalteng).

“Senjata kami cuma parang (golok),” kata Krisyoyo, bapak dua anak yang sehari-hari relawan penjaga HTNS Palangkaraya, Kalteng, kepada SumatraLink.id (REPUBLIKA NETWORK), beberapa waktu lalu.

Dalam bekerja, Krisyoyo terkadang bersama dua atau tiga orang rekannya. Namun, saat ‘patroli’ menelusuri Sungai Sebangau lebih banyak sendirian. Rasa takutnya telah hilang, meski kerja tersebut berisiko; nyawa taruhannya.

Aksi pembalakan liar merajalela di hutan lindung tersebut. Modus cukong berduit tak berseri memakai warga setempat. Warga dimodali menebang pohon, membawa alat komunikasi dan juga senjata api.

Inilah tantangan Krisyoyo, tamatan SMA tahun 1999 yang sehari-hari bekerja menghadapi ‘musuh’ dalam kampung sendiri sejak tahun 2003.

Perahu klotok muatan tiga-empat orang kerap menyusuri Sungai Sebangau dan rawa gambut sekitar HTNS. Saat musim hujan dan air pasang, klotok dapat mengitari sela-sela rawa gambut hingga menuju pelosok hutan.

Suara mesin chinsaw yang bergema di dalam hutan yang senyap menjadi patokan untuk menemukan pembalak hutan. Kadang berdua, kadang ia sendirian berpatroli mengitari hutan senyap tersebut.

Bila dapat informasi dari nelayan, Krisyoyo meluncur dari Dermaga Desa Kereng Bangkirai menelisik hutan. Menempuh lokasi hutan lebih dari sejam, itu pun saat musim hujan. Saat kemarau lebih sulit, ia harus menjejak jalan kaki di rawa gambut yang kering.

Data yang diperoleh dari Dinas Kehutanan Kalteng 2016, kekayaan Hutan Sebangau melimpah. HTNS terdapat 13 jenis satwa langka, seperti orangutan, beruk, owa, kelasi, binturong, musang pohon, beruang madu, macan dahan, bajing, dan kucing hutan.

Juga ada burung terancam punah seperti elang hitam, cengak merah dan baliang. Selain satwa terdapat 809 jenis flora, tergabung 128 spesies, dan 16 spesies belum teridentifikasi.

Suara chinsaw sering terdengar kejauhan di relung-relung hutan yang sunyi. Ketika mendekat, suara chinsaw senyap, tinggal suara satwa alam. Krisyoyo sering terkecoh, membuatnya gagal menjebak pembalak. Padahal, kayu-kayu jenis Ramin gelondongan gencar diturunkan dari hutan tersebut.

Bekerja menantang maut, menjadi tantangan besar Krisyoyo menekan illegal logging. Ia sering diancam penelepon gelap, mau ditembak dan dibunuh. Risiko di lapangan, tak segan-segan mereka menembak di tempat bila terjebak.

“Telepon balik, handphone-nya tidak aktif lagi,” kata Kris, panggilannya.

Usut punya usut, pengancam tersebut warga satu kampungnya sendiri yang dibayar cukong menjadi preman hutan.

Kris bersilaturrahmi ke rumahnya, karena kenal. Ia sosialisasi ke rumahnya beberapa kali. Awalnya menolak keras bahkan mengancam, tapi lama kelamaan berhasil diajak ke jalan yang benar.

Kerja ekstra ia dan relawan lainnya berbuah. Aktivitas pembalakan liar di Hutan Sebangau berkurang 80 persen. (Mursalin Yasland)

× Image