Home > Kisah

Berobat Kanker Hanya dengan Senyuman

Tidak disangka, hanya dalam tempo kurang dari 3 bulan penyakit kanker getah bening itu telah sirna dari tubuhnya.
Pasien dirawat di rumah sakit. (Ilustrasi Foto: Dok. Republika.co.id)
Pasien dirawat di rumah sakit. (Ilustrasi Foto: Dok. Republika.co.id)

SumatraLink.id – Banyak sudah penderita kanker getah bening yang berakhir tinggal nama saja. Penyakit kanker tidak mengenal si kaya dan si miskin, orang terkenal maupun terbelakang, artis atau tukang, pegawai atau penganggur, semua terancam dengan penyakit ini. Ujung-ujungnya duit terkuras habis penyakit bertambah, dan ajal menjemput.

Dari sekian banyak penderita kanker getah bening, yang paling ditakuti banyak orang, berdampak pada kondisi fisik tubuh si penderita. Bila sudah menjalani kemo, tak ayal rambut rontok, badan kurus, badan lemas, semangat menurun, dan terbaring di ranjang pesakitan sambil merenungi nasib.

Ada orang yang tidak mampu mengalahkan penyakit kankernya, tapi ada juga yang mampu melawan kanker tersebut kabur dari tubuhnya. Salah satunya, Satrio. Mengutip buku Rezeki Rumah Miring (2012) karya Ustadz Bobby Herwibowo, disebutkan kisah pengusaha itu menjalani terapi penyakit kanker getah bening stadium 3B dengan sukses.

Satrio tak dapat mengelak. Kanker dalam tubuhnya gawat stadium 3B. Ia harus menikmati ranjang kasur rumah sakit dalam waktu lama. Tubuhnya lemas, pikiran melanglang jauh ke langit-langit rumah sakit meratapi nasibnya. Ia terbayang akan meninggalkan dunia dan seisinya.

Bertambah hari, bertambah kondisi tubuh Satrio kurus dan lemas. Stamina tubuhnya anjlok drastis akibat serangan kanker ganas. Kerabat dekat mengunjunginya di rumah sakit, tak banyak bicara kecuali bersedih dengan penderitaan Satrio.

Para pengunjung turut menangis. Satrio pun telah dianggap telah ‘sukses’ membagi penyakitnya kepada orang lain. Padahal, penyakit dalam dirinya tak berkurang sedikitpun, malah justru menjadi-jadi.

Berbagai obat dan cara ditempuh agar sembuh. Tapi, Satrio masih harus bertahan di rumah sakit di ranjang pesakitan. Asa Satrio semakin pupus, dan harapan jauh dari kenyataan.

Lama merenung. Satrio bangkit. Ia mendapat inspirasi, bahwa dirinya harus move on dan bangkit segera. Ia sadar harus ridho dengan ketentuan Allah SWT atas penyakitnya. Ia rela menerima ujian dari Allah SWT, sebagaimana ia telah menerima nikmat dari Allah SWT selama hidupnya.

“Setidaknya sakit ini adalah penebus dosa,” gumam Satrio.

× Image