Home > Ulasan

Salah Kaprah Menimbang Kejadian dengan Logika Sesat

Setan terus bermain memengaruhi logika seseorang dalam narasi, yang sepertinya baik akan tetapi menjungkirbalikan pola pikir sehat menuju sesat.
Foto Ilustrasi: Republika.co.id/Abdan Syakura)
Foto Ilustrasi: Republika.co.id/Abdan Syakura)

SumatraLink.id – Oleh Mursalin Yasland

Dunia maya media sosial (medsos) telah melahirkan hal baru di luar nalar normatif. Hal ini tercermin juga dalam pandangan para warganet (netizen) dalam mengomentari atau memberikan pendapat terkait suatu kejadian atau peristiwa yang viral.

Salah kaprah dalam membandingkan suatu kejadian dengan pakem yang telah terpatri baik dalam agama maupun lingkungan sosial, berdampak pada pola pikir yang instan hanya berdasarkan logika sesat. Masih banyak yang melontarkan pendapat atau narasi logika sesat yang dipengaruhi setan untuk menilai sesuatu hal itu baik atau tidak.

Misalnya, ada peristiwa videonya viral di medsos, seorang perempuan mencuri atau mencopet dompet atau barang seorang ibu di sebuah pusat perbelanjaan. Si pencuri memakai jilbab atau memakai kain gamis. Lantas, ramai para warganet mengomentari pakaiaan atau busana muslimah yang dipakai pencuri.

Kejadian lain seperti seorang laki-laki atau perempuan berpakaian muslim atau muslimah, melakukan perbuatan tidak sepantasnya di publik. Justru, komentar berhamburan mengecam atribut yang dipakai bukan perbuatannya. Atau juga kejadian di dalam sebuat lingkungan pondok pesantren yang tidak wajar, justru pondok pesantrennya yang dilabeli tidak benar.

Kerancuan logika atau persepsi ini sudah sepertinya sudah mahfum di masyarakat apalagi dunia medsos. Perbandingan aneh dan sesat ini merasuk dalam benak orang untuk menjelekkan sesuatu yang tidak koheren dengan kejadian yang sebenarnya.

Emha Ainun Nadjib, seniman dan budayawan asal Yogyakarta pernah melontarkan adagium yang meminta jamaahnya berpikir. “Sampean pilih dadi wong ra shalat ning apikan atau pilih dadi wong shalat ning jahat?” (Anda memilih jadi orang yang tidak shalat tapi kelakuannya baik atau memilih shalat tapi kelakuan buruk?).

Baca juga: Ketika Dewi Sandra Tersandra Netizen 62

Perbandingan dua pilihan yang tidak sehat ini membuat orang selalu berpendapat skeptis dalam menentukan masalah untuk mencari solusi terbaik. Tidak shalat tapi kelakuan baik, tapi shalat kelakuan buruk. Dua pilihan yang sama-sama menjerumuskan pemikiran sesat dalam memilihnya.

Satu dari dua pilihan tersebut, bagi netizen tidak memberikan manfaat apapun, kecuali mengarah kepada kemaksiatan. Bukankah dua-duanya merasuki orang untuk berbuat tidak baik, yang mengarah kehancuran pada diri seseorang.

“Kalau aku lebih baik biasa-biasa saja tidak berjilbab atau tidak memakai pakaian muslimah tapi baik, dari pada memakai jilbab kelakuan tidak baik,” komentar netizen menanggapi video viral di medsos terhadap pencuri berjilbab atau memakai gamis besar.

× Image