Home > Ulasan

Anak-anak Terasing dalam Keramaian

Kenyataannya, masih ada anak-anak lainnya yang senasib terpaksa hidup di jalanan mengais rezeki.
Ilustrasi anak-anak mandi hujan. (Foto: Republika/Abdan Syakura)
Ilustrasi anak-anak mandi hujan. (Foto: Republika/Abdan Syakura)

SumatraLink.id – Oleh Mursalin Yasland (Jurnalis)

“... Cepat langkah waktu pagi menunggu

Si budi sibuk siapkan buku

Tugas dari sekolah selesai setengah

Sanggupkah si budi diam di dua sisi

Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu

Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu

Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu

Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal...”

Lagu Iwan Fals berjudul Sore Tugu Pancoran ini mengisahkan kehidupan anak-anak pada masanya yang harusnya asyik bermain, akan tetapi ia harus menguras keringat menerobos bentang alam mengumpulkan uang receh, demi sekolah membantu orang tua,

Fenomena si Budi itu kontradiktif dengan masa anak-anak pada zaman teknologi informasi dan digitalisasi saat ini. Kenyataannya, masih ada si Budi dan anak-anak lainnya yang senasib terpaksa ‘hidup’ di jalanan mengais rezeki, seakan terasing dalam keramaian dunia anak di zaman ini.

Berbeda dengan dulu, media konvesional seperti buku, koran, majalah, radio, dan televisi sudah tidak lagi menjadi tradisi anak-anak zaman sekarang. Gempuran media sosial (medsos) lewat flatform multimedia-nya menjadi kiblat bagi anak-anak generasi ini untuk berekspresi, entah positif atau negatif.

Perubahan tatanan sosial telah terjadi sejak balita dan anak-anak. Pola interaksi perubahan sosial merambah lingkungan keluarga dan masyarakat. Komunikasi di meja makan keluarga sudah jarang terjadi. Ironis, mereka makan bersama, tapi mereka berkegiatan sendiri-sendiri. Pola kehidupan anak-anak seperti ini juga terasing dalam keramaian.

Masing-masing anggota keluarga sibuk dengan gadget masing-masing, mengulik konten media sosial dalam berbagai viturnya. Tak jarang ditemui, masing-masing anak dan termasuk orang tua sibuk dengan gadget smartphone yang canggih.

Sudah jarang sepulang sekolah, pada sore hari anak-anak bermain bola, layangan, sepedahan, dan berbagai permainan jadoel lainnya. Anak-anak sudah sibuk dengan gadget atau monitor laptopnya masing-masing, aktivitas dan kreativitas literasi anak-anak sudah minim atau sulit ditemui.

Zaman telah berubah, media interaksi pun ikut bergeser. Dunia anak-anak tak lagi berbatas dinding kamar, apapun bisa diakses, kapan dan dimana pun. Konten-konten medsos tanpa sensor tak terbendung masuk ke ruang-ruang waktu dan celah-celah kamar. Mau tidak mau anak-anak disuguhi tulisan dan video yang belum sepantasnya.

Sadar dan sesadarnya, kemajuan ilmu dan teknologi tak dapat dibendung. Semua memiliki dampak positif dan negatif. Namun, terkadang dampak negatif justru lebih berlipat ganda dibandingkan dampak positifnya. Hal ini peran dan tanggung jawab semua; orang tua, guru, dosen, ulama, dan juga penentu kebijakan negeri ini.

Ibarat air yang bersih dan sejuk keluar dari mata air pegunungan dapat dinikmati secara sehat, bila air itu mengalir pada saluran yang benar. Saluran-saluran inilah yang menjadi tanggung jawab kita semua, agar masa depan anak-anak kita selamat, tidak saja di dunia tapi juga di akhirat.

× Image