Home > Historia

Pasar Cinde Palembang, Cagar Budaya yang Terkubur

Rencana mal moderen bertingkat Pasar Cinde gagal dilaksanakan sejak tahun 2017, proyeknya terbengkalai, bangunan pasar lama sudah rata dengan tanah.
Bangunan pasar tradisional tahun 1957, Pasar Cinde Palembang rata dengan tanah sejak dibongkar tahun 2017. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)
Bangunan pasar tradisional tahun 1957, Pasar Cinde Palembang rata dengan tanah sejak dibongkar tahun 2017. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)

SumatraLink.id, Palembang – Sejumlah pedagang tumpah ruah di jalan, pembeli dan masyarakat sekitar berjubel dan berseliweran di lorong-lorong nansempit dan becek pada pagi menjelang siang. Lalu lintas becak, motor, dan mobil tampak semrawut diwarnai sampah berserakan tak karuan lagi aturannya.

Begitu aktivitas sehari-hari di Jl Letnan Jaimas (dikenal warga Lorong Kapten) dan Jl Sudirman, area sekitar eks Pasar Cinde Palembang. Pembangunan mal moderen Pasar Cinde gagal dilaksanakan pada 2017, dan akhirnya terbengkalai setelah bangunan jadoel dibongkar habis-habisan rata dengan tanah.

“Aku idak (tidak) tahu, kapan lagi Pasar Cinde ini dibangun. Jingoklah (lihatlah) pecak (seperti) hutan, alang-alang galo isinyo (seluruh isinya),” kata Firman (50 tahun), pedagang yang juga pemilik kios sementara yang berdiri di Jl Letnan Jaimas kepada SumatraLink.id (REPUBLIKA NETWORK), beberapa waktu lalu.

Firman, yang diajak bercerita menggunakan Bahasa Palembang ini menyesalkan pembangunan pasar moderen dengan cara membongkar habis bangunan Pasar Cinde yang lama, yang notabene masih bagus dan kokoh. “Bangun pasar ini bukan kehendak pedagang dan masyarakat, tapi pemerintah,” ujar Firman, pedagang bumbu masakan dapur.

Menurut dia, Pasar Cinde ini bersejarah karena dilihat konstruksi bangunannya mengikuti bangunan kolonial yang memiliki ciri khas arsitekturnya. “Aku idak tahu ngapo nian nak bongkar Pasar Cinde ini,” kata Firman yang sebelumnya memiliki kios lantai dasar di Pasar Cinde lama.

Pasar Cinde lama sudah dikenal warga Palembang dan sekitarnya. Pasar yang dibangun tahun 1957 ini menghadap Jl Sudirman di pusat Kota Palembang, sebelah kiri Jl Letnan Jaimas sebelah kanan Jl Candi Walang. Kehadiran pasar yang dulunya disebut Pasar Lingkis tersebut menjadi penopang Pasar 16 Ilir untuk bagian dalam kota.

Sebelum dibongkar, pasar ini berlantai dua, bagian belakang beratap kubah (cendawan) tinggi ditopang beberapa pilar tiang. Lantai dasar terdapat penjual ikan basah dan kering serta sayur mayur kebutuhan dapur rumah tangga. Bagian depan terdapat penjual kerajinan tangan dan peralatan masak. Di sisi kanan dalam pasar terdapat kios-kios penjualan peralatan alat pancing dan toko-toko kertas dan plastik.

Bagian luar lantai satu khusus pedagang makan-makanan seperti kerupuk – kempelang, pempek, dan kue-kue serta bolu khas Palembang, terdapat juga buah-buahan segar. Sebelah kanan depan pasar terdapat toko buku dan alat perkantoran. Di lantai dua, penjual khusus penjual sepatu/sandal, baju sekolah, pramuka, ABRI, dan busana. Ada juga tukang jahit (tailor) berjajar siap menerima pesanan. Di bagian bawah dekat Jl Candi Walang terdapat penjual aneka macam peralatan dari besi dan karet serta suku cadang kendaraan.

× Image