Home > Historia

Kisah Pelik Dibalik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Sutan Syahrir menyatakan, satu-satunya pemimpin yang berwibawa memproklamasikan kemerdekaan adalah Soekarno. Hanya Soekarno yang mempunyai cukup pengaruh pada rakyat.

Menurut Aboe Bakar Loebis, di Asrama Parapatan 10 banyak terdapat mahasiswa dari berbagai daerah. Namun tidak sedikit yang mencintai atau perhatian pada politik. Mereka masih fokus belajar, bahkan ada yang masih sibuk untuk ujian bahasa dan kebudayaan Jepang pada 17 Agustus 1945.

“Saya datangi ruang belajar mereka dan saya katakan, betapa bodohnya mereka, masih saja membuang tempo mempelajari bahasa dan kebudayaan Jepang, sedangkan bangsa Indonesia sedang menghadapi peristiwa besar dan Jepang sudah mau kalah perang,” kata Aboe Bakar Loebis.

Syahrir menyatakan, Jepang sudah menyerah, maka perlu sekali segera dilaksanakan proklamasi kemerdekaan Indonesia sebelum pengumuman penyerahan itu disiarkan di Indonesia, dan sebelum Sekutu mengambil putusan apa pun mengenai status Indonesia.

Ia mengatakan, proklamasi harus dinyatakan sendiri oleh bangsa Indonesia tanpa Jepang, supaya jangan dianggap kemerdekaan Indonesia itu buatan Jepang. Sebab kalau kemerdekaan dianggap bikinan Jepang, terdapat kemungkinan Sekutu akan mengambil tindakan terhadap Indonesia dan menumpas kemerdekaan itu.

Permasalahannya, bagaimana meyakinkan Soekarno agar memproklamasikan kemerdekaan hari itu. Ada yang menyebut bila Soekarno menolak, agar proklamasi mereka sendiri melakukannya. Tapi, Syahrir mengatakan tidak mungkin hal itu dilakukan tanpa Soekarno.

“Satu-satunya pemimpin yang mempunyai cukup wibawa untuk memproklamasikan kemerdekaan adalah Soekarno. Hanya Soekarno yang mempunyai cukup pengaruh pada rakyat Indonesia. Proklamasi oleh orang lain tidak berarti,” ucap Syahrir dalam buku karya Aboe Bakar Loebis tersebut.

Para mahasiswa dan pemuda bersiap menyebarkan berita penyerahan Jepang dan persiapan untuk proklamasi kemerdekaan. Semua elemen pemuda dan mahasiswa dikumpulkan pada masing-masing saluran. Proklamasi kemerdekaan harus dinyatakan secepat-cepatnya oleh Soekarno.

Aboe Bakar Loebis ke rumah Syahrir, ternyata sudah ada di sana Moh Hatta, yang kelihatan agak gelisah. “Saya masih dengar ucapannya sebelum mereka masuk kamar untuk berbicara: ‘Rir (Syahrir), Soekarno wil niet (bahasa Belanda)?” (Rir, Soekarno tidak mau?)

Syahrir ke rumah Hatta, dan lalu berdua ke rumah Soekarno. Mereka bertiga keluar naik mobil memantau kondisi Jakarta, apakah ada tanda-tanda Jepang sudah menyerah. Keadaan Jakarta tenang-tenang saja, tidak ada keganjilan, karena kekalahan Jepang belum diketahui publik.

× Image