Home > Ulasan

Kerusakan di Darat dan Laut Ulah Tangan Manusia

Berpikirlah yang waras presiden dan juga wakil rakyat soal ekspor pasir laut.
Nelayan pesisir dekat  Gunung Anak Krakatau. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)
Nelayan pesisir dekat Gunung Anak Krakatau. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)

SumatraLink.id – Oleh Mursalin Yasland (Jurnalis)

Pemerintahan Jokowi telah membuka kran ekspor pasir laut di pengujung masa jabatannya yang tinggal sebulan lagi. Berbagai aktivis lingkungan dan termasuk mantan menterinya Jokowi sendiri ikut bereaksi menolak dan menentang keras kebijakan ekspor pasir.

Penolakan ekspor pasir ini sangat beralasan karena pemerintah akan menangguk “cuan” dari mengeruk pasir eksploitasi laut, lalu menelantarkan dampak lingkungan yang ditimbulkan terhadap biota laut termasuk penghidupan warga pesisir dan masyarakat sekitar.

Ekspor pasir yang disebut Presiden Jokowi hanya sedimen (endapan) pasir yang dikeruk karena mengganggu alur pelayaran kapal, telah menutup mata hati rakyat terutama warga pesisir. Pelarangan ekspor pasir laut yang telah puluhan tahun itu seakan mengundang bencana alam bagi penduduk bumi nusantara ini.

Ketika bencana melanda bumi ini, apakah alam harus disalahkan? Bukankah bencana alam terjadi atas perbuatan tangan-tangan kotor manusia yang rakus tamak dan jahil (bodoh). Hanya untuk kepentingan segelintir orang atau golongannya, lantas rela merusak alam dan habitatnya yang selama ini beritme dengan gelombangnya.

Mahfum kiranya, tata surya berotasi pada lingkarannya tanpa pernah bertabrakan. Angin berhembus sesuai musim dan kadarnya. Gunung beradaptasi dengan kandungannya yang harmonis. Hutan bervegetasi dengan ekosistemnya yang singkron. Hujan turun ke bumi sesuai kadar kebutuhan alam. Lereng gunung, bukit, dan lembah membentuk pola jalur dan aliran sungai dan danau, serta bermuara ke laut. Semua atas ketentuan Allah Subhanahu wata’ala (SWT).

Manusia yang patut disalahkan, bukan alam. Alam sudah banyak memberikan kehidupan manusia. Alam selalu bertasbih kepada Rabb-Nya. Tapi, manusia memang tamak dan serahkah kepada alam. Alam terganggu, sehingga pencipta alam menjadi murka. Kemurkaan Allah ini yang hendaknya menjadi sadar bagi manusia bahwa bencana apa pun bentuknya karena ulah manusia.

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum (30):41).

× Image