Tak Cukup Air Laut Dijadikan Tinta Menulis Kalimat Allah
SumatraLink.id (REPUBLIKA NETWORK) – Satu perumpamaan yang termaktub dalam Al-Quran sangat mencengangkan bagi penduduk bumi; manusia, akan Maha Kuasanya Allah Subhanahuwata’alam (SWT). Dia-lah yang menguasai kerajaan langit dan bumi, sedangkan selain dari-Nya sangat hina dan dina.
Allah SWT telah menerangkan dalam Surah Al-Kahfi ayat 119, “Katakanlah: ‘Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Rabb-ku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Rabb-ku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)’.”
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, Allah SWT mengatakan kepada Nabi-Nya Muhammad Sholallahu’alaihi wassalam (SAW), seandainya air laut dijadikan tinta untuk menuliskan kalimat-kalimat Allah SWT, hukum-hukum-Nya, dan ayat-ayat yang menunjukkan kekuasaan-Nya, niscaya akan habis air laut itu sebelum habis penulisan kalimat-kalimat Allah SWT.
Tak hanya satu lautan sebagai tinta, tapi bila ditambah lagi air sebanyak satu lautan dan satu lautan lagi, dan seterusnya, tetap tidak akan pernah cukup tinta air laut untuk menuliskan kalimat-kalimat Allah yang sungguh Maha Dahsyat kekuasaan-Nya.
Baca juga: Fenomena Sunhaji, Membuka Tabir Rahasia Rezeki
Sebagaimana perumpamaan dalam Al-Quran Surah Luqman ayat 27, “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)-nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Sejak kecil hingga dewasa, kita terbiasa menggunakan pensil dan pena untuk menuliskan sesuatu di atas kertas atau buku tulis. Terkadang pensil atau isi pena habis sebelum semua kertas atau buku habis lembarannya. Sedangkan perumpamaan pohon di seluruh dunia ini semua dijadikan pena untuk menuliskan kalimat (kekuasaan) – kalimat Allah SWT dan laut sebagai tintanya, tetap tidak akan cukup menuliskannya.
Dalam perumpamaan ini, artinya Allah SWT menunjukkan kekuasaan, kebesaran, ketinggian, dan keagungan-Nya dari selain-Nya. Nabi Muhammad SAW, sebagai penutup para nabi dan rasul, telah mengakui betapa agungnya Allah SWT di hadapan ciptaan-Nya.
“Aku tidak mampu menjangkau pujian kepada-Mu, sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri,” (HR Muslim dan Imam Ahmad dari Ali bin Abi Tholib Rodhiyallohuanhu).