Home > Historia

Kapan Bung Hatta Pimpin Pemerintahan Wilayah Sumatra?

Gejolak revolusi sosial di Sumatra membuat Bung Hatta risau, dan baru pertama kalinya berkunjung dan berkeliling ke Sumatra setelah menjadi wakil presiden.

Bung Hatta berkunjung ke Palembang menggunakan kereta api dari Stasiun Tanjungkarang (Lampung) menuju Stasiun Kertapati (Palembang). Kedatangan Bung Hatta ini sudah ditunggu-tunggu rakyat di Palembang. Mereka akan menyampaikan secara langsung kepada Wapres Bung Hatta terkait masalah yang terjadi.

“Dalam perjalanan pulang ke Palembang, kami sempat satu rombongan dengan Bung Hatta, yang akan melakukan kunjungan kerja ke Sumatra,” kata Zawawi Said, anggota Tentara Pelajar, seperti dikutip Buku Mohamad Isa, Pejuang Kemerdekaan yang Visioner ditulis Feris Yuarsa, 2016.

Di Palembang, Bung Hatta tidak lama. Ia berpidato di lapangan yang dihadiri sejumlah rakyat Palembang dan Sumatra Selatan. Pidato yang hanya beberapa menit terus menggaungkan pekik perjuangan “Merdeka” disambut antusias rakyat. Rakyat dapat langsung melihat sosok Bung Hatta dari dekat, dan Bung Hatta pun dapat mengetahui permasalahan rakyat di Sumatra Selatan, terutama soal keamanan.

Semalam di Palembang, Bung Hatta ke Kayuagung (Kabupaten Ogan Komering Ilir). Ia melakukan inspeksi daerah pertahanan Divisi Garuda II. Selanjutkan, Bung Hatta mampir dan menginap di Tanjungenim (Sumatra Selatan). Perjalanan Bung Hatta menuju Bukit Tinggi dengan mobil, yang sebelumnya sempat mampir di Muara Tembesi, Jambi.

Setelah melalui perjalanan yang panjang dan melelahkan, rombongan Bung Hatta tiba di Bukit Tinggi, Sumatra Barat. Di Bukit Tinggi, Bung Hatta lama berdiam. Belanda melancarkan Agresi Militer I, yang membuat Bung Hatta memimpin pemerintahan untuk wilayah Sumatra, sedangkan Sukarno memimpin pemerintahan di Pulau Jawa.

Muhibah Bung Hatta ke Sumatra setelah dilantik menjadi wapres ini berlangsung delapan bulan sejak Juni 1947 sampai 5 Februari 1948. Setelah lama di Sumatara, Bung Hatta dijemput Perdana Menteri Amir Sjarifuddin, Sutan Sjahrir, dan lainnya untuk kembali ke Yogyakarta. (Mursalin Yasland)

× Image