Koruptor Itu Mewarisi Sifat Qorun

SUMATRALINK.ID (REPUBLIKA NETWORK) – Terkadang banyak orang tahan dan sabar ketika berada dalam kondisi kesulitan dan kekurangan. Tapi tidak banyak orang yang tahan dan sabar ketika sudah berada dalam kondisi kesenangan dan kelebihan, dalam hal harta dan jabatan.
Setan tidak pernah tidur apalagi mengantuk melihat manusia dalam kondisi apapun untuk menggelincirkannya ke jalan yang sesat dan menyimpang. Segala cara dilakukan untuk menggoda dan menjerumuskan manusia ke lembah dan jurang kemurkaan dan kehinaan.
Godaan setan ini tidak saja mengelabui dan memengaruhi kepada orang yang beriman atau tidak, berilmu ataupun jahil, taat ibadah atau awam, dan dalam kondisi status apapun ia dalam kehidupan sosial dan kekuasaan. Semua akan tetap terus mendapat cobaan, ujian, tantangan, dan godaan.
Tidak sedikit orang yang tadinya berseru untuk kebaikan dan menegakkan kejujuran (integritas), membela kaum lemah yang tertindas atas kezalian kekuasaan, tetapi ujungnya bertolak belakang setelah mendapatkan kenikmatan dunia luar biasa. Na’udzubillahimindzalik.
Perilaku korupsi sesungguhnya mewarisi sifat yang terpendam dalam diri seorang bernama Qorun. Sedangkan korupsi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
Agak berbeda sedikit dengan sifat Qorun dalam mengumpulkan dan menumpuk harta bendanya dengan usaha kerja kerasnya. Sedangkan koruptor mengumpulkan dan menumpuk harta bendanya dengan cara korupsi. Namun keduanya bertujuan sama dalam hidup di dunia untuk menumpuk-numpuk harta benda dan perhiasannya untuk kepentingan pribadi dan keluarganya.
Seperti diketahui, kisah Qorun ini termaktub dalam Al Quran dalam Surah Al Qashash ayat 79-81. “Maka keluarlah Qorun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: ‘Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qorun, sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar,’.”
Dalam sebuah riwayat, ketika lagi susah dan sulit dalam menghadapi kehidupan dunia, Qorun, seorang lelaki miskin atau yang melarat hidup di zaman Nabi Musa ‘alaissalam (AS). Tidak tahan dengan kemiskinannya, ia meminta Nabi Musa AS untuk mendoakannya kepada Allah SWT.