Putra Lampung, Penulis Buku Fiqih Islam (Perdana) Legendaris

SUMATRALINK.ID (REPUBLIKA NETWORK) – Jikalau ia masih hidup, usianya seabad lebih seperempat tahun. Tapi, Allah Subhanahuwata’ala (SWT) berkehendak lain kepada hamba-Nya yang bernama Sulaiman Rasjid yang menutup mata di usia 75 tahun. Sulaiman Rasjid boleh jadi sudah tiada, tapi bukunya tetap ‘hidup’ sepanjang masa.
Anak desa yang kiprah hidupnya melanglang buana di nusantara dan manca negara menghasilkan karya tulis yang monumental di Indonesia. Buku Fiqh (baca: fikih) Islam yang dirintis sejak tahun 1930-an dan baru terbit perdana 1954. Buku ini menjadi legendaris dipakai di pondok pesantren, sekolah , perguruan tinggi, dan lembaga pendidikan Islam dan umum lainnya di Tanah Air sampai hari ini.
Sulaiman Rasjid bin Lasa, lahir di Pekon (Desa) Tengah, Liwa, Kabupaten Lampung Barat (dulu Kabupaten Lampung Utara), Provinsi Lampung pada tahun 1901. Lelaki yang kerap berpeci hitam ini, seperti dalam biografi bukunya, setelah tamat sekolah dasar di Kotaagung (sekarang Kabupaten Tanggamus), ia merantau menuntut ilmu Islam ke Padang, Sumatra Barat.
Di Padang Panjang, medio 1917-1923, ia mendapat pengasuhan dari Buya Kiyai Haji Abbas di Perguruan Tuwalib, pondok pesantren binaannya. Selesai dari pondok, ia pulang kampung dan mengabdikan ilunya di sekolah dasar sebagai guru agama (ustadz) di Kotaagung pada 1926.
Tak berapa lama, jiwa muda Sulaiman Rasjid terus bergolak untuk mengembangkan keilmuan Islamnya. Ia merantau ke Johor, Malaysia tahun 1926. Setahun kemudian, ia hijrah dan kuliah di Universita Al-Azhar, Kairo, Mesir pada tahun 1927.
Di Mesir, ia menempuh pendidikan selama sembilan tahun pada sekolah Muallim (guru) dan melanjutkan ke pendidikan Takhassus Fiqh (persiapan ilmu hukum Islam). Enam tahun kuliah, ilmu Fiqh Islam tersebut berhasil ia tamatkan. Sulaiman Rasjid muda memang bukan dari keluarga mampu atau kaya. Orang tuanya seorang petani di Liwa.
Sebelum pulang ke Tanah Air dan menunaikan ibadah haji, dari Mesir ia sempat hijrah ke Madinah, Saudi Arabia pada tahun 1936. Di Madinah, ia bekerja untuk mendapatkan penghasilan untuk hidup.