Home > Kisah

Sepenggal Cerita dari Negeri Habasyah

Raja Najasyih berikrar bahwa ia lebih baik meninggalkan gunung emas daripada menyakiti salah satu kaum muslimin yang hijrah ke negerinya.
Bandara Internasional Addis Ababa, Ethiopia (dulu bernama Habasyah). (Foto: Mursalin Yasland) 
Bandara Internasional Addis Ababa, Ethiopia (dulu bernama Habasyah). (Foto: Mursalin Yasland)

SumatraLink.id -- Pemimpin kaum quraisy Abu Jahal semakin gusar dan gerah. Ia tidak senang dengan agama baru yang satu per satu penduduk Makkah masuk Islam. Terjadilah penindasan dan kekerasan terhadap kaum muslim yang minoritas.

Perlakuan kejam tak hanya berlaku bagi kaum lelaki muslim, tapi hal serupa menimpa juga kaum muslimahnya. Bahkan tindakan sadis orangtua kepada anaknya yang muslim zaman itu menjadi ‘santapan’ sehari-hari.

Abu Jahal memukul Ummu Abis An-Najdiyyah sampai ia buta. Mush’ab bin Umair ditahan ibu kandungnya dan dibekab selama tiga tahun tak keluar rumah. Thalhah bin Ubaidillah (15 tahun) diikat dan diseret ibu kandungnya ke pasar lalu dipukul.

Manisnya ajaran Islam, meski ditindas dan diperlakukan tidak wajar, Mush’ab bin Umair dan Thalhah bin Ubaidillah tidak sedikitpun melawan atau berontak dan memberi balasan setimpal kepada ibu kandungnya yang telah menyiksanya. Mereka menjawab, karena yang menindas ibu kandungnya sendiri. “Karena agama memerintahkan hal tersebut,” kata Thalhah bin Ubaidillah.

Melihat penderitaan kaum muslimin kala itu, Nabi Muhammad saw memerintahkan mereka hijrah ke negeri Habasyah. Ini hijrah pertama kaum muslimin dari Makkah sebelum ke Madinah. Kenapa ke Habasyah? Nabi saw menjuluki negeri tersebut Bumi Kejujuran dan rajanya tidak zalim kepada siapapun. Dalam sabdanya:

“Sesungguhnya di Negeri Habasyah terdapat seorang raja yang tak seorang pun yang dizalimi di sisinya, pergilah ke negerinya hingga Allah membukakan jalan keluar bagi kalian dan penyelesaian atas peristiwa yang menimpa kalian.” (Fathul Bari 7:189).

Nabi saw mengajak kaum muslimin hijrah ke Habasyah bukan tanpa pertimbangan yang matang. Penderitaan kaum muslimin atas tekanan dan perlakukan kasar dari kaum quraisy, menandakan nubuwat Nabi saw mengetahui tempat yang aman untuk bermukim saat hijrah untuk memperteguh akidah umatnya agar tidak berbalik ke zaman jahiliyah lagi.

Baca juga: Negara Ethiopia, Tak Seburuk yang Dibayangkan Orang

Sepertiga dari 300 kaum muslimin yang ada di Makkah hijrah ke Habasyah.Termasuk sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq tapi kembali lagi membantu Nabi saw di Makkah, Usman bin Affan dan istrinya Ruqayyah (putri Rasulullah saw), Abdurrahman bin Auf, Ja’far bin Abi Thalib, Zubair bin Awam, Ummu Habibah binti Abu Sufyan. Juga terdapat Ummu Salamah, istri Nabi saw. Warga Makkah saat itu tergoncang, karena sebagian penduduk kaum musliminnya hijrah ke Habasyah.

× Image