Doa Fudhail bin Iyadh untuk Pemimpin
SumatraLink.id -- Menjadi pemimpin (penguasa) itu berat. Dia mengemban amanah orang banyak. Beratnya, dia harus mempertanggungjawabkan kepada manusia yang dipimpinnya dan juga pasti kepada Allah SWT, karena kelak Sang Khalik akan menanyainya di akhirat.
Memimpin orang banyak jauh lebih sulit daripada memimpin selain manusia. Jiwa kepemimpinan seperti dalam kisah para nabi dan rasul diawali dengan mengembalakan kambing atau domba. Pengembala hewan ternak ini menjadi cikal bakal sebelum memimpin manusia, karena terdapat pelajaran kejujuran, keadilan, dan kesabaran.
Imam Syafi’i mengatakan, mengurusi manusia jauh lebih sulit daripada mengurusi binatang. Aneh tapi nyata, begitu berat beban dan tangungjawab seorang pemimpin, zaman ini orang-orang berbondong-bondong dan berebut ingin jadi pemimpin, baik dalam skala kecil ketua RT atau pun skala besar menjadi presiden atau wakil presiden.
Memang di zaman sekarang, kursi pemimpin atau pimpinan itu kursi panas tapi menggiurkan. Nah inilah yang menjadi hawa nafsu manusia untuk meraih kursi panas tersebut dengan segala cara. Bukankah telah jelas seorang lelaki (pemimpin) akan dicoba dengan tiga “Ta” yakni harta, tahta, dan wanita.
Rakyat Indonesia sedang menghadapi Pemilu tahun 2024. Pada pemilu langsung ini memilih presiden dan wakil presiden dan juga anggota parlemen. Banyak yang beranggapan dengan pemilu, setidaknya sebagai solusi atau pintu masuk untuk bangkit dari problematika bangsa dan negara.
Namun, untuk mewujudkan hal tersebut perlu adanya sosok pemimpin yang amanah dan menjalankan amanah dengan jujur, adil dan bijaksana. Sebelum memimpin orang banyak, tentu seorang calon pemimpin harus mampu memimpin di lingkungan terkecilnya yakni memimpin dirinya sendiri dari hawa nafsu, dan keluarga.
Bukankah memimpin itu identik dengan tanggung jawab dalam mengemban amanah. Kepemimpinan secara umum diwujudkan dengan kekuasaan. Pada tataran kekuasaan ini, tentu seorang pemimpin dapat menguasai dirinya sendiri sebelum melakukan tindakan dan perbuatan untuk memerintah dan melarang orang yang dipimpinnya.
Dari semua itu, terpenting yang harus disadari pemimpin yakni setiap pemimpin akan ditanya perihal kepemimpinannya. “Maka demi Rabbmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu,” (QS. Al-Hijr (15):92-93).