Home > Historia

Relief Candi Borobudur Pernah Ditutupi Semen. Ada Apa?

Kehadiran Candi Borobudur sebagai ungkapan tertinggi keahlian seni masa Syailendra.

Turis asing mengunjungi Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah. (Foto: Dokpri)
Turis asing mengunjungi Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah. (Foto: Dokpri)

Kehadiran Borobudur sebagai ungkapan tertinggi keahlian seni masa Syailendra, boleh dikata tidak seperti monumen Jawa lainnya pada masanya. Borobudur bukan sebuah candi dengan hiasan, melainkan sejumlah stupa berbentuk batu berundag menutupi bagian atas bukit alam.

Puncaknya diratakan untuk tempat berdirinya stupa pusat. Tingginya 150 kaki. Untuk melintasi seluruh jarak melalui ruangan-ruangan yang mendaki sampai ke puncak meliputi perjalanan lebih dari tiga mil. Sejarah mencatat 10 tingkat, yang menggambarkan 10 tingkat Bodhosattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan Buddha di nirwana.

Sepuluh tingkat itu terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya atau kesempurnaan. Di setiap tingkat terdapat beberapa stupa, dengan total 72 stupa ditambah stupa utama.

Tembok-tembok di kiri dan kanan ruangan-ruangan itu dihiasi teks Mahayana. Jumlahnya ribuan. Terdapat 400 patung Budha. Dasar kakinya berisi serangkaian relief yang melukiskan akibat perbuatan-perbuatan baik dan buruk (manusia) yang ditimbulkan (kerusakan) oleh karma.

Pada masanya, relief perbuatan baik dan jelek tersebut (akhirnya) ditutupi lempengan semen. Pada masa kolonial Jepang tahun 1942 – 1945, mereka penasaran ingin melihat dibalik lempengan batu bersemen.

Lempengan semen itu akhirnya dibongkar, dan beberapa relief yang ada di kaki dasar itu juga digali lagi. Batu-batunya tidak diganti, dan sekarang siapa pun kita bisa melihat relief-relief yang pernah ditutupi lempengan semen pada masanya tersebut. (Mursalin Yasland)

× Image