Nasi Minyak Salah Satu Menu Berbuka Puasa Ramadhan
Riwayat kuliner nasi minyak atau nasi samin ini berasal dari akulturasi budaya orang pendatang di tanah sriwijaya dari orang melayu (Palembang), Arab (Timur Tengah), dan India. Akulturasi budaya berbagai negara ini membuat corak kehidupan orang Palembang khususnya menjadi beragam, termasuk pengaruh sajian kulinernya.
Zaman kesultanan Palembang, memasak nasi minyak ini harus menggunakan kayu bakar yang diletakkan di sebuah tungku dengan wajan besar. Menanak nasi dengan kayu bakar memiliki aroma dan cita rasa berbeda dengan menanak menggunakan kompor minyak atau gas.
Baca juga: Benjak Enjak, Kue Tradisional Lampung yang Mulai Luput
Penanak nasi minyak mengaduk nasi yang ditanak dengan kayu khusus dan dilakukan setiap kali, tidak boleh berhenti lama. Hal ini selain untuk meratakan bumbunya juga menghindari nasi gosong di bagian bawah karena nyala api dari kayu bakar.
Menanak nasi minyak untuk pesta pernikahan ini biasanya dilakukan beberapa orang bergantian mengaduk dan mengganti kayu bakarnya. Juru masak nasi minyak ini biasanya laki-laki, karena mengolah bahan-bahannya membutuhkan tenaga dan banyak orang, dalam waktu yang lama. (Mursalin Yasland)