Home > Kisah

Dibalik Supersemar, Ini Kisah Nyata Pangdam V/Djaja Amir Machmud

Ketiga jenderal tersebut tak terlintas sedikitpun memikirkan dan membayangkan pemindahan kekuasaan seperti itu.
Presiden Sukarno dan Soeharto. (Repro Foto: Buku Inilah Presiden Radikal)
Presiden Sukarno dan Soeharto. (Repro Foto: Buku Inilah Presiden Radikal)

SumatraLink.id (REPUBLIKA NETWORK) – Peristiwa lahirnya Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) pasca tragedi G30S/PKI terus bergelora. Sekelumit kisah mewarnai keluarnya Supersemar yang menghadirkan aktor utama Sukarno dan Soeharto, dan aktor pembantu lainnya yang mengiringi latar belakang kejadian tersebut.

Peristiwa 1 Oktober 1965 menjadi penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia ke depan. Banyak versi yang melatarbelakangi adanya isu kudeta dari Presiden Sukarno ke Men/Pangad merangkap Pangkokamtib Letjen TNI Soeharto. Kedua tokoh ini langsung atau tidak langsung berkaitan dengan G30S/PKI, baik peristiwanya maupun tokoh-tokoh pentolan PKI.

Namun, pada tulisan ini tidak membahas peristiwa G30S/PKI itu. Salah satu aktor pengiring lahirnya Supersemar yakni Pangdam V/Djajakarta Brigjen Amir Machmud (AM). AM ini sangat berperan aktif dan saksi utama tercetusnya Supersemar dari Presiden Sukarno.

Gejolak politik dan sosial pasca-G30S/PKI terus berkobar di jalanan. Aksi demonstrasi berbagai pihak termasuk mahasiswa terus menyeruak. Seorang aktivis yang juga mahasiswa UI Arief Rachman Hakim meninggal dunia, setelah peluru bersarang di tubuhnya. Kemarahan mahasiswa semakin menggelegar. Eskalasi politik dan sosial semakin memanas tak terbendung.

Presiden Sukarno menggelar rapat Kabinet Dwikora pada 11 Maret 1966 pada pagi hari. Rapat tersebut mendapat jaminan keamanan Pangdam Jaya Amir Machmud. Soeharto tidak datang, karena sakit (flu berat). Rapat diskor, karena dirasa ada gangguan di luar istana. AM menyatakan kepada Brigje Sabur (ajudan Sukarno), tak ada yang perlu dikhawatirkan.

Sukarno menyerahkan pimpinan rapat kabinet kepada Dr Johannes Leimena (Warperdam II/Menteri Kesehatan). Ia bersama Soebandrio (Waperdam I) dan Dr Chareul Saleh (Waperdam III) naik helikopter ke Istana Bogor. AM mengawal Soekarno menuju helikopter. Rapat ditutup Leimena. AM keluar istana bersama Mayjen Basuki Rachmat (Menteri Urusan Veteran dan Demobolisasi) dan Brigjen Moh Jusuf (Menteri Perindustrian Ringan).

× Image