Mengulik Kisah Haru Ibu dan Anaknya Isa Putra Maryam
SumatraLink.id – Lini masa media sosial (medsos) viral tilawah (bacaan) Surah Maryam (19) ayat 30-33 dari anak-anak Benua Afrika. Anugerah ilahi-Nya, anak-anak Muslim di benua tersebut mampu melafaskan dan melafalkan ayat-ayat Alquran tersebut secara benar sesuai dengan kaedah ilmu tajwid.
Tahukah intisari dari surat yang dibaca anak-anak negeri asal Bilal bin Robah Rodhiallahuanhu (RA), budak hitam sahabat dekat Nabi Muhammad Sholallahu’alaihi wassalam (SAW) yang terompahnya sudah terdengar di Surga tersebut?
Alquran Surah Maryam ayat 30-33 menceritakan persoalan yang dihadapi Maryam, perempuan saudara Harun, dan anaknya Isa Putra Maryam. Dalam tafsir Ibnu Katsir, tiga ayat tersebut didahului ayat sebelumnya yang menceritakan Maryam diperintahkan Allah Subhanahuwata’ala (SWT) untuk berpuasa pada hari itu. Maryam disuruh diam atau tidak berbicara dengan seorang pun.
Kelahiran Isa membuat masyarakat sekitar geram dan marah dengan Maryam yang disebut satu keturunan dengan Harun (saudara Nabi Musa) memiliki nasab yang baik. “Hai... Maryam! Engkau datang dengan mambawa masalah besar,” seru orang sekitarnya. “Ya... saudara perempuan Harun,” (QS. Maryam: 25). Menurut Mujahid, Qatadah, As-Suddi, Maryam menyerupai Harun dalam beribadah.
“Ayahmu bukanlah seorang penjahat dan ibumu bukanlah seorang pezina,” (QS. Maryam: 28). Diketahui, Maryam lahir dari keluarga (nasab) baik dan suci yang dikenal shalih, taat beribadah, dan zuhud. Masyarakat memandang Maryam, kejadian lahirnya Isa Putra Maryam bagaimana bisa terjadi?
Tuduhan, cacian, dan celaan kepada Maryam terus berlangsung. Maryam menggendong anaknya Isa Putra Maryam dan menemui kaumnya. “Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: ‘Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam gendongan (QS. Maryam:29).
Baca juga: Belajar Doa dari Ibunda Jaber dan Sudais
Orang-orang menuduh dan mengingkari kejadian yang dialami Maryam dengan lahirnya Isa. Dalam berpuasa (diam), Maryam menunjuk anak bayinya. Dengan isyarat Maryam meminta kaumnya langsung berbicara dengan bayinya. Orang-orang menuduh Maryam sudah ‘gila’, disuruh bicara dengan anak yang masih kecil dalam gendongan.
“Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam gendongan,?” (QS. Maryam: 29).
Isyarat Maryam ini dianggap telah melecehkan kaumnya saat itu.
Isa berbicara dan menjawab langsung, “Sesungguhnya aku ini hamba Allah.” Semua tercengan dan terdiam seorang bayi bisa berbicara. Kata pertama dari jawaban Isa, langsung merujuk kepada pencipta-Nya Allah SWT, sekaligus membantah tuduhan orang-orang kepada ibundanya Maryam.