Belajar Doa dari Ibunda Jaber dan Sudais
SumatraLink.id -- Tatkala menghadapi kondisi apa pun, doa menjadi 'senjata' umat Muslim. Bahkan, tanpa sengaja doa yang berupa ucapan, kerap menjadi mujarab dan makbul; terlepas doa yang keluar dari mulut seseorang itu baik atau pun buruk. Apalagi, tercetus di tempat-tempat dan waktu-waktu mustajab.
"Wahai Ali Jaber... Wahai Ali Jaber," begitulah setiap hari ibunya memanggil-manggil anak lelakinya sejak kecil. Kala itu, si Ibu memang 'mengagumi' Imam tetap Masjid Al Haram, Makkah, Syaikh Dr Ali Abdullah Jaber. Kalau sudah imam dan khatib Masjid Al Haram, jelas tidak sembarangan. Imamnya 'wajib' hafidz Alquran 30 Juz dan faqih (faham agama).
Kesehariannya, ucapan Ali Jaber oleh ibunda tersebut, selalu disematkan namanya kepada anaknya sejak kecil hingga beranjak besar dan dewasa. Sejalan masa beriring, ucapan yang keluar dari lisan ibu kandungnya tadi, membawa doa yang diijabah Allah Subhanahuwata’ala (SWT). Ternyata, ia mampu menjadikan anaknya hafal Alquran 30 juz. Jadilah dia seorang hafidz.
Dia adalah Syaikh Ali Sholih Mohammed Ali Jaber (rohimahullah). Ia biasa dipanggil Syaikh Ali Jaber. Panggilan ini disematkan namanya dengan imam besar Masjid Al Haram tersebut. Umat Muslim di Indonesia tak asing lagi mendengar ceramah Syaikh Ali Jaber di radio, televisi, media sosial, dan media daring lainnya. Apalagi ceramahnya menjelang berbuka puasa.
Ia lahir di Madinah, Saudi Arabia, 3 Februari 1976, dan meninggal dunia 14 Januari 2021. Ia seorang ulama dan pendakwah. Dalam berbagai kisahnya, Ali Jaber menikah dengan perempuan Indonesia, dan menjadi WNI tahun 2011. Ali Jaber ini bukan Ali Jaber Imam Masjid Al Haram itu yang sering dipanggil ibundanya. Ali Jaber itu sudah wafat pada Desember 2005 pada usia 53 tahun.
Sejalan waktu, ibunda Ali Jaber, yang buta huruf (tak bisa membaca sama sekali), juga tak ketinggalan untuk belajar dan menghafal Alquran. Hari-harinya diisi dengan mendengar bacaan Alquran setiap hari, sebagian Surah Al-Baqoroh hafal, Surah Yasin, Al Kahfi, Surah Ar-Rahman.
"Terakhir, ibu saya telepon, bahwa dia sudah hafal Al Quran 30 juz," kata Syaikh Ali Jaber, pada ceramahnya yang disiarkan radio swasta di Lampung, Jumat (18/12/2016) ba'da Subuh.
Baca juga: Jangan Menjadi Orang Buta di Akhirat
Lain lagi dengan kisah ibunda Syaikh Abdul Rahman bin Abdul Aziz Al Sudais. Beliau biasa dipanggil Sudais. Suaranya yang berat namun khas Sudais. Kaset-kaset pita pada era 1980-an sudah beredar bebas di pasaran. Tak jarang masjid-masjid di Indonesia memutar lantunan ayat Alquran dari suara Syaikh Sudais tersebut menjelang waktu Maghrib atau Subuh. Sepintas suaranya saat didengar sudah ketahuan siapa yang mengaji. Memang, dulu ada juga qori Indonesia yang memiliki suara khas yakni Muammar ZA. Qori ini juga menjadi langganan pengurus masjid memutar kasetnya (atau mediaplayer lainnya).
Setelah kaset-kaset berpita ditelan zaman, keluarlah kepingan CD, VCD, dan DVD yang memuat banyak download MP3, MP4 dan lainnya. Kemajuan teknologi membuat lantunan ayat-ayat suci Alquran dari lisan Syaikh Sudais semakin mudah didengar dan diperdengarkan orang baik melalui berbagai player, laptop, komputer, telepon, tablet, dan lain sebagainya.
Baca juga: Berjumpa di Bawah Payung Madinah
Saking terkenalnya suara Syaikh Sudais dalam lantunan ayat-ayat suci Alquran, tak sedikit orang yang hafal beberapa surah atau ayat Alquran setelah mendengarkannya lewat berbagai media player. Apalagi tatkala Syaikh Sudais melantunkan dan melewati ayat-ayat ancaman atau ayat-ayat tentang neraka, kerap ia menangis tersedu-sedu.