Home > Historia

Watertoren, Landmark Kota Palembang Sejak Zaman Kolonial

Ada wacana Kantor Wali Kota Palembang pindah, dan watertoren diserahkan ke pihak ketiga?

Watertoren tahun 1935. (Foto: Istimewa)
Watertoren tahun 1935. (Foto: Istimewa)

Air bersih layak konsumsi sudah dipikirkan dan direalisasikan sejak zaman kolonial. Keberadaan Watertoren yang terbatas airnya mengalir pada kalangan penjajah dan warga pribumi berkelas, membuat warga lainnya menderita.

Meski Kota Palembang dikelilingi sungai yang bermuara di Sungai Musi, kesulitan mendapatkan air bersih layak konsumsi menjadi masalah besar, terutama pada masa Orde Lama dan Orde Baru. Di musim hujan sungai meluap dan banjir, sedangkan pada musim kemarau sungai-sungai dan rawa-rawa kering.

Seiring waktu, keberadaan gedung ini beberapa kali beralih fungsi. Setelah jadi tempat penampungan air, digunakan kantor pusat Pemerintahan Gemeente Belanda. Pada zaman Jepang, menjadi Kantor Residen Palembang tahun 1942, dan berubah lagi menjadi Kantor Balai Kota tahun 1956, yang terakhir Kantor Wali Kota Palembang.

Watertoren ini masuk dalam Cagar Budaya, yang patut dilindungi. Kelestarian bagunannya lumayan terawat dan terlindungi dati tangan-tangan jahil dibandingkan dengan bangunan tua bersejarah lainnya di Kota Palembang.

Tapi, ada wacana, Kantor Wali Kota Palembang yang sekarang menempati Menara Leideng ini akan pindah. Watertoren ini akan dialihfungsikan atau diserahkan pihak ketiga? Belum jelas! (Mursalin Yasland)

× Image