Home > Risalah

Mengharap Hidayah Bukan Menunggu Hidayah

Dalam benak kita, mengapa kita masih biasa saja, tidak tampak efek luar biasa, padahal kita juga berdoa kepada Allah, paling tidak 17 kali dalam sehari semalam?
Pancaran sinar dari kegelapan terbit cahaya.  (Ilustrasi Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)
Pancaran sinar dari kegelapan terbit cahaya. (Ilustrasi Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)

SumatraLink.id – Banyak kisah orang-orang yang hijrah dari kegelapan menuju keterangbenderangan. Sebagian besar orang-orang yang mendapat hidayah tersebut terkadang amal solehnya jauh lebih istiqomah dari orang-orang yang sudah lama memeluk Islam dari lahir atau turun temurun.

Kemampuan seseorang untuk melahirkan amal, bergantung seberapa besar kadar hidayah yang bersemayam di hatinya. Baik hidayah irsyad atau petunjuk yang berupa pengetahuan terhadap kebenaran, juga hidayah taufik yang menjadikan kebutuhan manusia untuk mendapatkan hidayah. Karenanya, manusia memerlukan hidayah untuk memperoleh setiap maslahat, baik duniawi maupun ukhrowi.

Inilah jawabannya, meskipun kita telah mendapatkan hidayah Islam, mengapa masih tetap diperintahkan memohon hidayah kepada Allah, paling minim, 17 kali dalam sehari semalam kita membaca di dalam sholat,

“Tunjukkilah kami jalan yang lurus,” (QS. Al-Fatihah 6)

Untuk menjalani Islam dengan benar, kita perlu hidayah ilmu. Kita perlu petunjuk, apa yang harus kita imani, bagaimana cara kita beribadah kepada Allah, apa saja rincian kebaikan, sehingga kita bisa menjalankan, mana jenis kemaksiatan yang harus kita hindari. Ini semua butuh hidayah irsyad, memerlukan petunjuk ilmu.

Kita juga membutuhkan hidayah taufik, agar kita mampu menerapkan ilmu ke dalam amal, juga untuk istiqomah. Karena, tidak sedikit orang yang telah mengetahui berbagai jenis amal shalih, namun tidak diberi kekuatan untuk menjalaninya.

Meskipun ia orang yang kuat dan berotot. Tanpa hidayah, ia tak mampu berbuat apa-apa. Ada pula yang sudah mengerti sederetan kemaksiatan dan segudang perkara yang haram, namun ia tak kuasa untuk melepaskan diri dari belengu syahwatnya. Kita membutuhkan hidayah untuk mengenali kebenaran, butuh pula hidayah untuk mampu berpegang di atasnya.

× Image