Home > Historia

Kisah Pelik Dibalik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Sutan Syahrir menyatakan, satu-satunya pemimpin yang berwibawa memproklamasikan kemerdekaan adalah Soekarno. Hanya Soekarno yang mempunyai cukup pengaruh pada rakyat.

Mr Soebardjo dan Nishijima, pejabat Kaigun Bukanfu membujuk Wikana agar memberi tahu ke mana Soekarno – Hatta dibawa pemuda. Kaigun Bukanfu telah bekerja sama dengan Jepang dan menjadi kaki tangannya. Soekarno dan Hatta dibawa ke Jakarta lagi setelah membujuk Sukarni di Rengasdengklok.

Rapat PPKI gagal, dan dialihkan ke rumah Laksamana Maeda Jl Imam Bonjol 1. Mahasiswa mengutus Chairul Saleh dan Sukarni. Menjelang rapat itu, rakyat sudah mulai bergerak dan membakar-bakar di jalanan. Rumah Laksanama Maeda dipakai rapat karena memiliki imunitas dari Angkatan Darat Jepang bila ada Gunsei dan Kenpetainya mencegah dan membubarkannya.

Tapi dalam rapat di rumah Maeda ini hadir juga utusan Jepang, yakni Maeda, Myoshi, Nishijima, dan Yoshizumi, maka usaha pemuda untuk menghasilkan proklamasi kemerdekaan Indonesia tanpa Jepang gagal lagi.

Sukarni bersama Nishijima berkeliling kota dan memberitahukan rakyat yang telah bersiap dengan senjatanya untuk merebut kekuasaan dari Jepang. Nishijima diikutkan karena Kenpetai selalu berpatroli ketat malam hari di Jakarta.

Sebagian besar pemuda yang tidak ikut rapat di rumah Maeda berkumpul di rumah Maruto Nitimihardjo di Jl Bogor Lama. Disebutkan, ada Syahrir, Kusnaini, Adam Malik, Pandu Kartawiguna, Armunanto dan lainnya termasuk Aboe Bakar Loebis.

Pada malam itu, sekelompok mahasiswa bersama Des Alwi berusaha membacakan naskah proklamasi yang telah disiapkan Syahrir. Tapi gagal, karena gedung yang akan ditempati Hoosoo Kyoku (radio) telah dikuasai Kenpeitai. Hal ini gegara pistol Moh Ridwan jatuh dan meledak sehingga ketahuan Jepang. Moh Ridwan lolos dari penangkapan., yang lain kabur. Hanya ada Des Alwi di dalam gedung, namun dilepas karena diketahui kemenakan Hatta.

Pada 17 Agustus 1945, menjelang Subuh, Chairul Saleh ke Asrama Parapatan 10 untuk menunjukkan naskah proklamasi dan menyatakan bahwa proklamasi akan diucapkan pada pukul 10.00 di Lapangan Ikatan Atletik Indonesia atau dikenal Lapangan Ikada, Gambir, Jakarta.

Gencarnya pasukan Jepang patroli di berbagai tempat di Jakarta, maka pembacaan proklamasi dipindah ke rumah Soekarno di Jl Pegangsaan Timur 56. Para pemuda, mahasiswa, dan rakyat datang ke tempat itu dan berjaga, karena masih khawatir Jepang akan mencegah dan membubarkannya. Kekalahan Jepang mendapat instruksi dari Sekutu agar memelihara status quo dan menjaga ketertiban dan keamanan umum. Dengan dalih ini kemungkinan Jepang menggagalkan proklamasi akan terbuka lebar.

× Image