Home > Historia

Isu Dewan Jenderal dan Dokumen Gilchrist Menuju 1 Oktober

Dokumen Gilchrist ini beredar dan menjadi bahasan para peserta Konferensi Asia-Afrika II di Aljazair tahun 1965.

Isu ditemukannya DG ini, menurut Buku Gerakan 30 September Pemberontakan PKI (Latar Belakang, Aksi, dan Penumpasannya) Tahun 1994, pada 15 Mei 1965, Dr Soebandrio sebagai kepala Badan Pusat Intelijen (BPI) menerima surat anonim melalui Pos Jakarta. Surat itu ada dua bagian. Bagian pertama, pengantar dari si pengirim, isinya pengiriman sebuah dokumen yang berguna bagi revolusi. Bagian kedua sebagai lampiran yakni surat yang diketik tanpa tanda tangan ataupun paraf dari si pembuatnya.

“Yang ada hanyalah ketikan nama Gilchrist. Surat itu diketik pada formulir surat yang biasa digunakan oleh Kedutaan Besar Inggris, Gilchrist yang ditujukan kepada Sekjen Kementerian Luar Negeri Inggris,” tulis buku tersebut.

Surat tersebut seoalah-olah memuat laporan Duta Besar Inggris, Gilchrist mengenai koordinasi dengan Duta Besar Amerika Serikat di Jakarta dalam menangani situasi di Indonesia.

Di dalam surat tersebut, tertulis kata-kata our local army friend, yang memberi kesan seolah-olah ada kerja sama antara unsur-unsur TNI-AD dengan Inggris, yang waktu itu dikategorikan sebagai salah satu kekuatan Nekolim.

Soebandrio menyerahkan surat itu kepada kepala staf BPI Brigjen Pol Soetarto untuk diperiksa. Surat diterimnya, Soetarto tidak mengadakan pemeriksaan tentang otentik atau tidaknya dokumen itu di laboratorium Departemen Angkatan Kepolisian.

Konsep surat yang memuat nama Gilchrist itu dikembalikan kepada Dr Soebandrio disertai penjelasan bahwa formulir yang digunakan untuk pembuatan dokumen itu adalah otentik, karena sama dengan formulir yang pernah disita oleh BPI dari para demonstran yang menyerang Kedutaan Besar Inggris pada tahun 1963. Dr Soebandrio memerintahkan Soetarto untuk memperbanyak DG itu.

Pada 26 Mei 1965, Soebandrio membawa DG kepada Presiden Soekarno. Soekarno memerintahkan Soebandrio untuk mengumpulkan semua panglima AD di Istana Merdeka. Keesokanharinya, pukul 10.00 para panglima angkatan hadir diantaranya Men/Pangad Letjen A Yani, Men/Pangal Laksdya RE Martadinata, Men/Pangau yang diwakili Laksda Udara Sri Mulyono Herlambang, Men/Pangak Irjen Pol Soetjipto Joedodihardjo, dan Dr Soebandrio.

Sementara Presiden Soekarno membacakan isi DG tersebut dihadapkan para panglima tersebut setelah dibagikan salinan dokumen kepada para panglima. Setelah membacakan, Soekarno meminta pendapat A Yani terkait anggota TNI-AD berhubungan dengan Inggris dan Amerika. Letjen A Yani membantah adanya hubungan tersebut. Kemudian Soekarno menanyakan isu DJ, tapi tetap dijawab A Yani tidak ada isu itu.

× Image