Penggerusan Bukit Masih Berlangsung, Kota Bandar Lampung Terancam Banjir
SumatraLink.id, Lampung – Aktivitas penggerusan sejumlah bukit di wilayah Kota Bandar Lampung masih berlangsung. Para pemilik modal bersama pemilik bukit tak tanggung-tanggung meratakan bukit yang menjulang nan hijau dijadikan perumahan dan lainnya.
Meski sempat mendapat pelarangan dari Pemkot Bandar Lampung, namun upaya tersebut tak menghalangi pemodal melanjutkan proyeknya demi mendapatkan cuan. Alat berat seperti eskavator dan mobil truk hilir mudik membawa material batu setiap harinya.
Kondisi ini diperparah semakin minimnya daerah resakan sekitar bukit, yang berdampak langsung dengan warga sekitar, juga kawasan Kota Bandar Lampung. Ancaman banjir saat musim penghujan bahkan tak terhindarkan, dikarenakan sudah hilangnya daerah resapan air.
Keterangan yang diperoleh SumatraLink.id (REPUBLIKA NETWORK), Kamis (24/10/2024), kerusakan bukit-bukit di kota berjuluk “Tapis Berseri” ini semakin parah. Dari total 33 bukit hanya tersisa sekira 11 bukit yang masih bisa diselamatkan.
Setidaknya aktivitas penggerusan bukit masih terjadi di Bukit Sukamenanti (Kedaton) dan Bukit Sumber Agung (Kemiling), pada Kamis (24/10/2024). Larangan atau imbauan Pemkot Bandar Lampung dan jajaran perangkat di bawahnya seakan tidak tersentuh kepada pemodal dan pemilik bukit.
“Kalau pemkot saja tidak berani, apalagi rakyat. Wajar kalau setiap hari kendaraan eskavator masih bekerja di atas bukit, dan truk-truk membawa batu dengan leluasa tanpa ada penghambat,” kata Hadi, warga Sumber Agung, Kemiling, Bandar Lampung, Kamis (24/10/2024).
Menurut dia, hilir mudik truk-truk pembawa batu pecahan dari bukit tersebut selain merusak jalan pemukiman penduduk, juga polusi udara. “Sudah tidak terhitung lagi truk yang melintas di jalan ini, sampai jalan rusak parah,” kata Hadi, bapak tiga anak ini.
Berdasarkan keterangan pekerja bukit di Sumber Agung, aktivitas penggerusan bukit sudah mendapat izin dari Pemkot Bandar Lampung. Penggerusan bukit dilakukan tetap dengan memerhatikan kondisi lingkungan di sekitar bukit.
“Tidak mungkin tidak ada izin, kalau alat berat sudah naik ke atas dan truk-truk bawa batu mondar mandir,” ujar Wawan, salah seorang pekerja.
Rencananya, hasil penggerusan bukit tersebut diperuntukkan pembangunan perumahan penduduk. Alih fungsi bukit tersebut, sudah pernah terjadi di sekitar bukit lainnya yang telah digerus lalu dibangun rumah. Saat ini, perumahan tersebut sudah ditempati warga.