Home > Kabar

Tengkulak Gabah Bergerilya, Harga Beras Jadi Melambung

Para tengkulak memborong gabah petani yang baru panen dengan harga murah di sawah.
Petani sedang mengolah gabah hasil panen. (Foto: Dok Republika.co.id)
Petani sedang mengolah gabah hasil panen. (Foto: Dok Republika.co.id)

SumatraLink.id, Lampung – Kelangkaan beras yang berdampak naiknya harga beras di pasaran tak lepas dari andilnya para tengkulak (pedagang perantara). Tengkulak ini bergentayangan di sawah-sawah petani membawa mobil truk tatkala musim panen tiba.

Selaku pedagang, apapun namanya tetap dibolehkan selagi sama-sama menguntungkan. Namun, dampak dari perdagangan yang tidak sesuai tersebut bila berdampak negatif pada kemaslahatan umat seperti beras langka dan mahal, itu yang tidak dibenarkan.

Penelusuran di beberapa sentra gabah (padi) di Kecamatan Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, beberapa waktu lalu, terlihat setiap memasuki musim panen para tengkulak bergerilya ke sawah-sawah petani yang sedang panen.

Para tim tengkulak ini mendatangi sawah petani yang sedang panen membawa langsung mobil truk lengkap dengan timbangan. Sekumpulan petani yang panen, diharapkan tengkulak tidak lagi membawa gabahnya ke rumah untuk disimpan di gudang.

Memang, bagi petani pemilik sawah menjual gabah di tempat setelah panen hari itu memeroleh banyak keuntungan. Diantaranya, petani tidak lagi repot dan sibuk membawa gabah ke rumah dari sawah yang menambah biaya angkut. Selain itu, setelah panen pemilik sawah dapat mengantongi uang hasil penjualan gabahnya dan dapat mengupah sesama petani yang menolong panen.

“Setiap panen, kami tidak pernah lagi bawa gabah ke rumah, langsung terima duit dari penjualan gabah ke pedagang,” kata Gani (56 tahun), petani di Trimurjo, Lampung Tengah, beberapa waktu lalu.

Ia mengatakan, sistem seperti ini lebih menguntungkan petani, karena tidak keluar ongkos angkut lagi dari sawah ke rumah, dan juga tidak susah lagi menjemur atau mengeringkan gabah setiap hari.

Dari sistem penjualan gabah langsung kepada tengkulak ini, ternyata terdapat kerugian dari petani. Diantaranya, para tengkulak jelas membeli gabah yang baru panen dengan harga murah di sawah. Hal ini juga karena kadar air gabah yang baru dipanen membuat merosot nilainya, juga beratnya bertambah.

Baca juga: Masuk Musim Tanam Jatah Pupuk Subsidi Kurang

Penelusuran di sentra gabah di Lampung, setelah memborong gabah petani, para tengkulak tersebut menjual lagi gabah yang diperoleh dari petani pemilik sawah langsung kepada pengumpul (penadah). Gabah-gabah yang diterima dari petani pemilik sawah, diolah lagi dengan seperti dijemur atau dikeringkan, setelah itu dijual ke luar daerah Lampung (terutama daerah Banten dan Jabodetabek) dengan harga tinggi.

× Image