Sekubal, Kuliner Khas Lampung yang Mulai Terasing
Sekubal, makanan khas orang Lampung yang terkenal sejak ratusan tahun lalu. Makanan ini sering disajikan saat bulan Ramadhan terlebih pada hari raya Idul Fitri atau Idul Adha. Cara makannya pun disajikan bisa dengan rendang atau opor dicocol. Atau dimakan secara terpisah juga masih dirasakan enaknya.
Mirip Lepet Jawa
Orang Lampung menyebutnya Sekhubal (baca: Segubal). Panganan ini biasanya dinikmati secara turun temurun saat Lebaran. Makanan terbuat dari ketan dicampur santan kelapa lalu dibungkus daun pisang atau bisa juga daun kelapa, dan direbus dua jam lalu dibakar. Sekubal ini memiliki rasa yang berbeda gurihnya saat dicocol dengan sambal, bumbu rendang, serundeng, dan sayur pedos.
Sekubal mirip dengan lepet di Jawa, tapi berbeda bahan dan cara pembuatannya. Memasak Sekubal bisa memakan waktu empat jam agar rasanya legit dan gurih. Selain harus memiliki keahlian khusus merendam ketan, menanaknya, dan mencetak dalam daun pisang serta memasaknya.
Ida, ibu rumah tangga asal Padang Cermin mengatakan, makanan Sekubal saat ini hanya diketahui oleh para orangtua, sedangkan anak muda sudah tidak mengenal lagi apalagi hobi. Pasalnya, sudah tidak ada lagi yang mau membuat Sekubal di rumah-rumah. “Hanya orang tua jaman dulu yang masih mau buat Sekubal,” katanya.
Baca juga: Mi Khodon, Kuliner Legendaris di Telukbetung Sejak 1960
Menurut dia, biasanya masih ada yang jual Sekubal secara berkeliling di komplek perumahannya, namun jarang sekali. Bila ada yang mengidam atau yang ingin makan Sekubal, maka sulit untuk mencarinya baik di mal, toko makanan, atau di jajajan pasar. Terpaksa, menyuruh orang tua membuatnya, walaupun rumit dan membutuhkan waktu yang lama.
Harga jual Sekubal berkisar Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu per satuan (bisa dipotog 10 biji). Terkadang Sekubal yang dijajakan tidak juga laku, karena peminatnya tidak ada. Masyarakat yang datang rata-rata membeli panganan untuk berbuka sehari-hari, bukan makanan khas Lampung.