Home > Senggang

Nasi Minyak, Dulu Santapan Keluarga Sultan Palembang

Hanya tempat-tempat tertentu yang masih menjual nasi minyak di Kota Palembang.

Nasi minyak atau nasi samin ini makanan khas keluarga Sultan Palembang Darussalam zaman dulu. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)
Nasi minyak atau nasi samin ini makanan khas keluarga Sultan Palembang Darussalam zaman dulu. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)

Masak nasi minyak untuk pesta pernikahan ini biasanya dilakukan beberapa orang bergantian mengaduk dan mengganti kayu bakarnya. Istimewanya, juru masak nasi kuning ini biasanya laki-laki, karena mengolah bahan-bahannya membutuhkan banyak tenaga dalam waktu yang lama.

Abad 17 dan 18 M

Mengenai sejarah nasi minyak ini, tidak banyak literatur atau ahli tertentu yang membahasnya. Tradisi kuliner nasi minyak ini berjalan secara turun temurun dan masih berlaku di Palembang dan daerah di Sumsel lainnya. Berdasarkan keterangan yang diperoleh, nasi minyak ini hadir pada bangsawan Kesultanan Palembang sekira abad 17 menuju abad 18 masehi.

Baca juga: Sekubal, Kuliner Khas Lampung yang Mulai Terasing

Biasanya, seusai sholat Jumat dari masjid, para bangsawan dan tamu kehormatan disuguhi santap siang dengan nasi minyak disertai lauk pendamping ayam kecap, gulai daging, malbi sapi, sayur buncis, acar, sambal nanas, kerupuk/kemplang, dan buah-buahan.

Bagi yang ingin masak nasi minyak ini, bahan-bahanya selain beras, harus ada minyak samin. Kemudian rempah-rempah, seperti jintan, pala, bawang merah dan bawang putih, jahe, kunyit, susu, saus tomat, dan nanas. Bumbu kari jadi nasi minyak ini sekarang sudah banyak dijual di pasar. (Mursalin Yasland)

× Image