Home > Risalah

Alam Ini Rusak karena Ulah Tangan Manusia

Tatkala mendapat nikmat dunia kita tidak bersyukur, saat ditimpa musibah kita baru mampu mengingat Allah SWT.
Gelombang tsunami di Lampung Selatan, 22 Desember 2018. (Foto: Republika.co.id/Mursalin Yasland)
Gelombang tsunami di Lampung Selatan, 22 Desember 2018. (Foto: Republika.co.id/Mursalin Yasland)

SumatraLink.id – Baru saja kita melewati Hari Bumi Sedunia 22 April, bagaimana kondisi bumi (alam) ini? Sepatutnya manusia yang patut disalahkan, bukan alam. Alam sudah banyak memberikan kehidupan manusia. Alam selalu bertasbih kepada Rabb-Nya. Tapi, manusia memang tamak dan serahkah kepada alam.

Alam terganggu, sehingga pencipta alam Yang Maha Kuasa menjadi murka. Kemurkaan Allah ini yang hendaknya menjadi sadar bagi manusia bahwa bencana apa pun bentuknya karena ulah manusia.

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum (30):41).

Ulama Muhammad Shalih Utsaimin mengatakan, kebanyakan manusia menganggap bahwa musibah atau bencana yang menimpa mereka disebabkan faktor-faktor duniawi semata. Tidak diragukan ini merupakan tanda kedangkalan pemahaman mereka dan lemahnya iman mereka serta kelalaian mereka dari merenungi Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad Sholallahu’alaihi wassalam (SAW).

Rentetan musibah masih berlangsung di Tanah Air dari tahun ke tahun. Air mata masih harus mengalir. Kesedihan terus menerpa umat di Indonesia, yang sebelumnya negeri ini sempat dikatakan gemah ripah loh jenawi, yang kaya kandungan alam di bumi maupun perut bumi.

Apakah semua itu berlangsung secara kebetulan dan seketika? Apakah karena faktor alam? Dan alam lagi yang disalahkan dan dikambinghitamkan setiap bencana dan musibah menimpa. Betapa keras dan membatunya hati kita manusia ini. Tidakkah kita berpikir dengan waras dengan memanfaatkan akal sehat terhadap setiap bencana dan musibah yang datang silih berganti tersebut.

Baca juga: Istri dan Anak Menjadi Musuhmu, Berhati-hatilah!

Sudahkah kita bermuhasabah (mengkoreksi diri sendiri) sejenak. Munculkan pertanyaan demi pertanyaan dalam diri kita terkait diri perbuatan kita selama ini. Jawablah pertanyaan-pertanyaan itu dengan hati. Sadarkan jiwa ini sedini mungkin, agar Allah yang menguasai jagat alam ini dapat menahan kemurkaannya kepada kita dan lingkungan kita.

Selama ini kita selalu lupa dan lalai. Tatkala mendapat kenikmatan dunia kita tidak bersyukur, namun saat ditimpa musibah dan cobaan atau ujian, diri kita yang hina ini baru mampu mengingat Allah SWT. Betapa banyak di tayangan video yang diunggah di media sosial, banyak yang ingat Allah SWT tatkala musibah sudah di depan mata.

Mereka minta ampun, mereka berdoa, mereka minta diselamatkan, dan lain-lain. Ucapan zikir dan doa mengalir deras dari lisan mulut-mulut mereka. Yang ada dibenak mereka saat itu Allah, Allah, dan Allah, sang Pencipta Alam Semesta ini.

× Image