Istri dan Anak Menjadi Musuhmu, Berhati-hatilah!
SumatraLink.id – Tidak berarti hal yang menyenangkan dan menyayangkan akan selalu bersama menuju keselamatan dunia dan akhirat. Justru, boleh jadi kedua hal tersebut dapat menjerusmuskan kita dalam kesengsaraan tidak saja di dunia juga akhirat.
Salah satu hal yang menyenangkan dan menyayangkan tersebut bagi sebuah keluarga yakni memiliki istri (-istri) dan anak-anak. Bagi suami, tentu istri yang baik sholehah dan anak-anak yang taat kepada agama dan orangtua menjadi idaman baginya.
Sebaliknya, memiliki istri dan anak-anak yang tidak sejalan dengan agama dan kehendak suami dan orangtua, maka seorang istri dan anak-anak akan menjadi musuh bagi suami atau bapak dalam menjalani kehidupan di dunia ini dan berakibat tidak selamat di akhirat.
Allah Subhanahuwata’ala (SWT) berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka ...,” (QS. At-Taghaabun: 14).
Menurut tafsir Ibnu Katsir, ayat ini mengabarkan bahwa istri-istri dan anak-anak ada yang menjadi musuh bagi suami atau seorang ayah. Maksudnya, istri dan anak-anak akan dapat menjadikan seseorang suami lalai dari berbuat amal shalih.
Baca juga: Puasa Syawal 'Lebih Berat' dari Ramadhan, tapi Pahalanya Luar Biasa
Lalai dari berbuat amal shalih ini, karena perlakuan dan tindakan istri atau anak-anaknya membuat suami cenderung mengikuti kehendak istri dan anak-anak yang menjauhkan dari ketaatan kepada Allah SWT dan Rasulullah Sholallahu’alaihi wassalam (SAW).
Artinya, seorang suami atau seorang ayah yang saking sayangnya kepada istri atau saking senangnya kepada anak-anaknya, rela meninggalkan perintah agama dan menjauhi larangannya demi menjaga ‘keharmonisan’ dalam rumah tangganya secara absurd.
Baca juga: Mengharap Hidayah Bukan Menunggu Hidayah
Sering terjadi, sebagian istri mendesak suaminya untuk berbuat diluar ketentuan Allah dan Rasul-Nya demi mencapai keinginan dan kepuasannya dalam hidup berumah tangga. Banyak sang suami yang tegelincir dalam menjalani pekerjaan dan usahanya demi ‘membahagiakan’ istri dan anak-anaknya berbuat curang atau korupsi.
Begitu juga dengan anak-anaknya yang dapat menjadi musuh bagi bapaknya (ayahnya). Banyak berita di media massa dan media sosial saat ini, seorang atau beberapa anak dalam sebuah keluarga berharap lebih kepada orangtuanya untuk memenuhi hasrat nafsu belaka, yang pada akhirnya menjerumuskan ayahnya berbuat dosa.