Home > Kultura

Ngelemang, Kuliner Leluhur Lampung Barat yang Nyaris Punah

Kuliner ini menjadi tradisi leluhur yang dilestarikan di lingkungan Kerajaan Skala Brak ketika hari raya atau hajatan pernikahan.
Jejeran bambu yang dibakar salah satu kegiatan ngelemang. (Foto: Republika/Yasin Habibi) 
Jejeran bambu yang dibakar salah satu kegiatan ngelemang. (Foto: Republika/Yasin Habibi)

SumatraLink.id – Tak terbantahkan kuliner siap antar dan siap saji terus menggempur generasi milenial dan Z saat ini. Padahal, kuliner warisan nenek moyang bangsa ini tak kalah menarik dan tak kalah bersaing dengan kuliner masa kini. Salah satunya kuliner leluhur Kabupaten Lampung Barat (Lambar) yang mulai terlupakan yakni Ngelemang.

Ngelemang menjadi tradisi turun temurun masyarakat di Lambar. Ngelemang berasal dari kata Lemang maksudnya panganan dari beras ketan yang dimasak dalam seruas bambu. Sebelumnya, ketan tersebut digulung dengan selembar daun pisang.

Gulungan daun bambu berisi beras ketan dicampur santan kelapa kemudian dimasukkan ke dalam seruas bambu lalu dibakar sampai matang. Kuliner khas Lambar tersebut disajikan kepada tamu undangan biasanya pada acara pernikahan, hari raya, atau hajatan kampung.

Potongan bambu hijau sepanjang setengah meter sudah terkumpul. Bambu-bambu yang disebut paccung itu kali ini telah disiapkan berjejer. Setelah diisi beras ketan bercampur santan kelapa, warga siap membakarnya untuk melestarikan tradisi ngelemang di Kabupaten Lambar.

Untuk memulai Ngelemang cukup sulit karena harus mencari pancung bambu, memotong dan membersihkannya, selanjutnya mengupas dan memarut kelapa, mencuci beras ketan, dan meramunya hingga membakarnya.

Tradisi ngelemang agar tak terlupakan dan punah, pernah digagas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lambar di Desa Purajaya II, Kecamatan Kebun Tebu, Kabupaten Lambar, beberapa tahun lalu. Kalau itu, Bupati Lambar Mukhlis Basri mengajak masyarakat berkumpul dan bersama-sama ngelemang.

Menurut Mukhlis, yang kini anggota DPR-RI, aksi ngelemang massal tersebut untuk membangkitkan kembali tradisi nenek moyang yang baik tersebut kepada generasi muda sekarang. Di saat menjamurnya makanan siap saji dan siap antar bagi anak muda, menurut dia, ngelemang memiliki kekhasan tersendiri yang tidak bisa dibandingkan.

Baca juga: Melestarikan Adat Melinting Melalui Proses Pernikahan

"Ini bagian komitmen pemerintah daerah melestarikan budaya leluhur kita, terutama di Kabupaten Lampung Barat," kata Mukhlis Basri, yang pernah menjabat Bupati Lambar dua periode.

Pada zaman dulu, ia menuturkan ngelemang menjadi tradisi leluhur yang dilestarikan pada kalangan keluarga Kerajaan Skala Brak ketika hari raya atau hajatan pernikahan. Semakin berlalu tahun sampai kekinian, tradisi ngelemang mulai dilupakan bahkan nyaris pudar, seiring banyak tetua adat yang sudah meninggal dunia.

Baca juga: Rumah Panggung Ratusan Tahun Jadi Saksi Budaya Melinting Lampung

Mukhlis berharap tradisi ngelemang tidak memudar di kalangan generasi muda, meski era sekarang sajian makanan siap saji dan siap antar terus menjamur menggempur kalangan milenial dan generasi Z.

× Image