Home > Ulasan

Kembali ke Mesjid

Dari mesjid itulah aku tumbuh. Sebagai orang mesjid. Pergi kemanapun, mesjid yang dicari setelah alamat yang dituju.
Jauhari Zailani. (Foto: Dok. FB)
Jauhari Zailani. (Foto: Dok. FB)

SumatraLink.id -- Oleh Jauhari Zailani (Dosen)

Setelah rumah, mesjid. Sejak kecil, begitulah. Kalau nggak rumah ya mesjid. Rumah tempat tidur, mesjid tempat tidur. Rumah tempat bersama orang tua dan saudara kandung. Mesjid tempat bersama guru ngaji, dan temen ngaji. Rumah tempat makan, mesjid tempat sesekali dapat makan dan makanan.

Dari mesjid itulah aku tumbuh. Sebagai orang mesjid. Pergi kemanapun, mesjid yang dicari setelah alamat yang dituju. Dari mesjid itulah kami berteman dan berkembang. Temen tidur, temen makan. Temen mencari buah yang jatuh, sisa kalong. Teman mencuri buah dari pohon dan kebon tetangga.

Itulah masa kecil di kampung. Mesjid adalah rumah kedua. Tempat pergi dan tempat kembali. Bersama temen dan saudara sekampung kami tumbuh di dan dari mesjid.

Kami sering bercengkerama, kami sering bertengkar. Kami acap kali saling berselisih pendapat. Kami sering berbeda pandangan. Banyak sekali perbedaan, diantara kami. Kami saling mencari. Kami saling merindukan. Ah indahnya masa kecil mesjid. Di kampung kami, Bendosari Prambanan Yogya. Sebelum aku pindah ke Lampung tahun 1967.

Kini, di komplek ini, aku juga memiliki kebiasaan yang sama. Sejak kecil di kampung, rumah dan mesjid. Di usia tua ini pun kami masih acap bertengkar. Cerita dan Cinta itu datang pagi ini. Kami sering ketemu. Saling tersenyum. Saling sapa. Saling memperhatikan. Kami saling berbagi. Tapi tak jarang memaki.

Baca juga: Masih Adakah Hoegeng di Zaman Ini?

Kami saling merindukan. Kami dalam satu frekuensi. Mesjid menjadi tempat ketemuan. Mesjid menyatukan kami.

Pagi ini, kami saling berbagi cinta. Kami saling bercerita. Kami saling mendengarkan. Kini kami merindukan bisa bersatu dan bersinergi. Saling memberi dan berbagi.

Mesjid, menjadi tempat yang strategis untuk belajar dan mengajar. Kita mengacu dan berpedoman kepada kitab suci Al-Qur'an. Kita ini diciptakan Allah SWT sebagai khalifah (QS. 2: 30) yang bertugas menyebarkan kasih sayang Allah.

Dalam kitab suci itu terdapat 114 surat, dari 604 halaman. Terdapat 114 kata "Bismillaahirohmaanirrohiim", atas nama Allah yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang.

× Image