Tak Cukup Air Laut Dijadikan Tinta Menulis Kalimat Allah

Betapa kecil dan hinanya manusia di hadapan Sang Pencipta. Namun begitu, masih banyak yang lalai akan perintah dan larangan-Nya untuk menjalankan syariat Allah SWT dan Rasul SAW, bahkan masih ada segelintir orang yang sombong menentang terang-terangan terhadap Allah SWT yang menciptakannya.
Sifat-sifat fir’aun, raja Mesir, ternyata masih banyak yang mewarisinya termasuk kalangan munafikin. Fir’aun telah mengklaim dirinya, “Akulah Tuhanmu yang tertinggi,” (QS. An-Naziat: 24).
Padahal, kita tahu Allah SWT yang menghidupkan dari yang tidak ada menjadi ada. Dan Dia yang mematikan dari yang hidup menjadi tidak bernyawa. Dari hal itu saja, apakah fir’aun dapat menghidupkan dan mematikan? Apakah fir’aun dapat memberi manfaat dan mudhorat?
Tak ada jalan lain kecuali sebagai mahkluk-Nya, Allah SWT memerintahkan kita untuk mensucikan-Nya. “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah dengan menyebut nama Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang,” (QS. Al-Ahzab: 41-42).
Kita diperintahkan sebanyak-banyaknya untuk bertasbih (atau mensucikan) kepada Allah SWT baik di kala pagi dan petang. “Sucikanlah nama Tuhan-mu Yang Maha Tinggi,” (QS. Al-A’laa: 1).
Dr Abdul Halim Mahmud dalam bukunya, Fadzkuruuni Adzkurkum menyatakan, para ulama kita telah menyepakati adanya tasbih dan sujud kepada-Nya sebagaimana Allah SWT telah menjelaskan tentang semua makhluk, baik benda mati (termasuk gunung), tumbuh-tumbuhan, binatang, bangsa jin, manusia, dan para malaikat, semuanya bertasbih kepada Allah SWT. Dia menerangkan bahwa alam beserta isinya pun bersujud kepada-Nya.
Ia mengatakan, dalam Al-Quran banyak sekali yang berhubungan dengan tasbih dan sujud. Semua saling berhubungan agar menjadi tanda kehidupan telah tersebar di setiap penjuru alam, berjalan pada sel-selnya dan atom-atomnya, sebagaimana kisah tasbihnya sebatang pohon dan merintihnya pohon.
Baca juga: Manusia yang Sebaik-baiknya dan Manusia yang Mengolok-olok
Ibnu Katsir mengatakan, di dalam hadist Abu Dzar bahwasannya Nabi SAW mengambil beberapa ranting di tangannya, tiba-tiba beliau mendengar pohon bertasbih bagaikan suara lebah (mengerumun), begitu pula (ranting pohon) di tangan Abubakar, Umar, dan Utsman Rodhiyallohunhum.
Tak hanya sebatang kayu atau pohon atau tumbuhan, bebatuan, gunung, dan semua ciptaan-Nya bertasbih dengan caranya masing-masing. Selain itu, malaikat yang memikul Arsy dan malaikat lainnya, juga bertasbih kepada Allah SWT. Bagaimana dengan manusia, terlebih orang yang menyatakan dirinya muslim, atau berserah diri tapi menyombong diri di dunia ini. Allahua’lam bishawab. (Mursalin Yasland)