Rasulullah SAW Pernah Lapar Berat, Apa yang Terjadi?
SumatraLink.id – Nabi Muhammad Sholallahua’laihi wassalam (SAW), utusan Allah Subhanahuwata’ala (SWT) juga manusia biasa, pernah merasakan sakit, lapar dan haus. Suatu hari beliau SAW lapar berat, tidak ada makanan sama sekali di rumahnya.
“Sesungguhnya aku (Muhammad SAW) hanyalah seorang manusia (biasa) seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku....” (QS. Al Kahfi: 110).
Nabi SAW berkeliling ke rumah-rumah istrinya, juga tidak menemukan makanan yang dapat ditelan sedikitpun. Akhirnya, ia mendatangi rumah anaknya tercinta Fatimah Rodhiyallohuanha, istri Ali bin Abi Tholib Rodhiyallohuanhu.
“Wahai putriku, apakah kamu memiliki sedikit makanan yang bisa aku makan? Aku lapar?” kata Rasulullah SAW kepada Fatimah.
“Demi Allah, aku tidak punya...” jawab Fatimah lirih, yang kondisinya hari itu sama keadaannya dengan ayahnya. Sekeluarga, ia dan Ali bin Abi Tholib beserta dua anaknya Hasan dan Husin juga belum makan.
Nabi SAW pulang ke rumahnya. Tak berapa lama, seseorang tetangga tidak dikenal Fatimah mengetuk pintu. Tetangga itu memberikan sepotong daging dan dua potong roti.
Baca juga: Ini Cara Khalifah Umar Memilih Pemimpin Penggantinya
Makanan dari tetangga itu ia masukkan dalam mangkok besar di atas meja dan ditutup tudung. “Demi Allah... Makanan ini untuk Rasulullah SAW, ayahku daripada aku dan keluarga, padahal juga sangat lapar,” ujar Fatimah.
Fatimah bergegas menyuruh anaknya: Hasan dan Husin ke rumah kakeknya. Rasulullah SAW bersama kedua cucunya ke rumah Fatimah.
“Wahai Rasulullah SAW, sesungguhnya Allah memberiku suatu rezeki, dan sekarang kusimpan untuk Anda ya Rasulullah,” kata Fatimah seperti dinukil dari Buku Kisah Karomah Para Wali Allah karya Abu Fida’ Abdurraqib Al-Ibi (2010).
Rasulullah SAW meminta Fatimah membawa makanan it kepadanya. “Bawa makanan itu ke sini.”
Fatimah membawa makanan dari tetangga itu di hadapan ayahnya. Saat membuka tudung mangkok besar yang tadinya berisi sepotong daging dan dua potong roti, kini sudah penuh melimpah makanan.
“Ini berkah dari Allah yang Maha Mulia lagi Maha Agung,” pikir Fatimah.