Bertamu dan Memuliakan Tamu

SumatraLink.id – Dua hal yang saling berkaitan dalam silaturahmi yakni bertamu dan memuliakan tamu. Keutamaan ibadah dalam bertamu dan memuliakan tamu, apalagi tamu tersebut dalam kondisi safar (bepergian jauh), maka pahalanya rahasia dari Allah Subahanahuwata’ala (SWT) yang Maha Mengetahui.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, tamu adalah orang yang datang berkunjung (melawat dan sebagainya) ke tempat orang lain atau ke perjamuan. Tamu juga disebut orang yang datang untuk menginap. Sedangkan bertamu yakni orang yang datang berkunjung ke rumah atau suatu tempat.
Allah SWT telah memerintahkan umat Nabi Muhammad Sholallahu’alaihi wassalam (SAW) agar menghormati tamu, Nabi SAW bersabda, “Siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamu,” (HR. Muslim).
Kedua hal ini: bertamu dan memuliakan tamu, tidak sembarangan menjalaninya harus sesuai dengan adab-adabnya, agar selama bertamu atau menginap di rumah seseorang terjalin silaturahmi yang kuat, dan keduanya mendapatkan kebarokahan.
Allah SWT berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu masuk rumah bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat,” (QS. An-Nur: 27).
Tafsir Ibnu Katsir menyebutkan, Allah SWT memerintahkan hamba-hamba-Nya bila masuk ke rumah orang adabnya terlebih dahulu meminta izin dan mengucapkan salam: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh. Hendaknya ia meminta izin sebanyak tiga kali, apabila tidak diizinkan hendaklah ia kembali.
Baca juga: Menjawab Salam dan Bersalaman, Sepele tapi Berdampak
Artinya, sebagai tamu apalagi dari luar lingkungan saudara atau keluarga, tidak diperkenankan untuk masuk ke rumah orang menyelonong saja, tanpa diketahui pemilik rumah. Bila ini terjadi, maka akan menimbulkan fitnah tidak saja bagi tamu tapi juga pemilik rumah atau orang yang sedang di dalam rumah.
Dalam sebuah riwayat, Abu Musa minta izin sebanyak tiga kali kepada Umar bin Khotob Rodhiyallahunhu (ra), untuk masuk rumahnya. Tapi, tidak ada jawaban. Maka ia pun kembali pulang.
Kemudian, Umar berkata, “Bukankah itu tadi suara Abdullah bin Qais (Abu Musa) meminta izin? Berilah ia izin.” Mereka mencari Abu Musa. Namun, ia sudah tidak kelihatan lagi pergi.