Home > Risalah

Malu, Seumur Hidup Tak Bisa Baca Al-Quran

Mau alasan apa lagi ketika Allah SWT meminta pertanggungjawaban diri kita setelah meninggal dunia.
Membaca Al-Quran. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)
Membaca Al-Quran. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)

SumatraLink.id – Al-Quran, kitab suci umat Islam yang diturunkan Allah Subhanahuwata’ala (SWT) kepada Nabi Muhammad Sholallahu’alaihi wassalam (SAW), untuk mencerahkan umat dari kondisi ‘gelap’ kepada ‘terang-benderang’. Sebagai umat Nabi SAW, malu bila tidak bisa membaca Al-Quran dari baligh hingga meninggal dunia.

Al-Quran sebagai pedoman hidup untuk membimbing umat ke jalan lurus, yang sebelum turun bangsa Arab terus bergejolak dalam zaman kejahiliyaan dan kemusyrikan parah. Al-Quran turun memperbaiki kondisi umat terutama akhlaknya jauh menyimpang dari fitrah manusia dan sebagai hamba Allah SWT.

Sejarah membuktikan, para sahabat sangat antusias untuk menerima Al-Quran dari Rasulullah SAW, mereka langsung menghafal dan memahami arti dan maksudnya.

Anas bin Malik, pembantu Rasulullah SAW, Rodhiyallahuanhu (ra) mengatakan, “Seseorang diantara kami bila telah membaca Surah Al-Baqarah dan Ali Imron, orang itu menjadi ‘besar’ menurut pandangan kami.” Para sahabat Nabi SAW bila mendapat pelajaran Al-Quran, selain menghafal ayat-ayatnya juga langsung mengamalkannya sesuai dengan hukum-hukumnya.

Manna Khalil A-Qattan dalam bukunya Studi Ilmu-ilmu Al-Quran (1994) menyebutkan, dalam belajar Al-Quran, para sahabat yang membaca ayat-ayat Al-Quran seperti Utsman bin Affan ra dan Abdullah bin Mas’ud ra, sedangkan para sahabat yang lainnya menceritakan, mereka belajar dari Nabi SAW sebanyak 10 ayat, mereka tidak berpindah ke ayat selanjutnya sebelum mengamalkan ilmu dan amalnya.

Nabi SAW juga meminta para sahabatnya untuk tidak mengizinkan mereka menuliskan sesuatu dari dia seperti hadist selain Al-Quran, karena ia khawatir Al-Quran tercampur dengan yang lain selain wahyu dari Allah SWT.

Baca juga: Meraih Hikmah Puasa Sebulan Penuh

Dari Abu Sa’id Al-Khudri, bahwa Rasulullah SAW berkata, “janganlah kamu tulis dari aku, barang siapa menuliskan dari aku selain Al-Quran, hendaklah dihapus. Dan ceritakanlah apa dari aku, dan itu tiada halangan baginya. Dan barang siapa yang sengaja berdusta atas namaku, ia akan menempati tempatnya di api neraka.” (HR. Muslim).

Namun, sesudah itu, Rasul SAW mengizinkan para sahabat untuk menulis hadist, tetapi hal yang berhubungan dengan Al-Quran tetap didasarkan riwayat yang melalui petunjuk di zaman Rasul SAW di masa ke khalifahan Abubakar Ash-Siddiq ra dan Umar bin Khotob ra. Hingga zaman khalifah Utsman bin Affan untuk menyatukan kaum muslimin maka dibuat satu mushaf yang disebut Ar-Rasmul Usmani.

× Image