Pendeta Bahira Yakini Kenabian Muhammad SAW Sejak Usianya 12 Tahun

SUMATRALINK.ID (REPUBLIKA NETWORK) – Sepeninggal kakeknya Abdul Mutholib, ia diasuh Abu Thalib, pamannya. Menginjak usia 12 tahun, Abu Thalib mengajak anak itu jalan sambil berdagang ke Negeri Syam dari Makkah. Belum tiba di Syam, ia bertemu dengan seorang Rahib (pendeta) di Bushra sudah masuk wilayah Syam dalam kekuasaan Romawi.
Pendeta itu dikenal bernama Bahira, sedangkan nama aslinya Jurjis. Pendeta zaman itu dikenal taat dengan ajaran agama dan menguasai kitabnya. Ia meminta Abu Thalib dan anak itu mampir ke rumahnya. Pendeta itu menerima sekaligus melayani tamu istimewa dari Makkah.
Mengapa istimewa, karena memang Pendeta Bahira sangat jarang keluar rumah, untuk menjaga dirinya dari lingkungannya. Namun, tidak tahu persis, pada hari itu ia sedang berada jalan (di luar rumah) dan bertemu dengan Abu Thalib dan anak kecil tersebut.
Baca juga: Orang Kaya yang Saya Kenal
Setelah bercengkerama ini dan itu, sejak awal Pendeta Bahira menaruh perhatian pada anak kecil tersebut. Di matanya, anak kecil yang dibawa Abu Thalib memiliki keistimewaan yang luar biasa, selama ia menjadi rahib mendalami kitab agamanya.
Sebelumnya, Pendeta Bahira telah menaruh keyakinan atas keistimewaan dan kelebihan anak kecil berusia 12 tahun tersebut hingga ia langsung mengajak singgah di rumahnya. Terjadilah dialog antara pendeta dan pamannya.
“Orang (anak kecil) ini, adalah pemimpin semesta alam. Anak ini akan diutus Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam,” kata Pendeta Bahira sembari memegang tangan anak tersebut, seperti dikutip Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri (juara 1 lomba penulisan sejarah Islam) dalam bukunya Ar-Rahiqul Makhtum, Bahtsun fi As-Sirah An-Nabawiyah (Sirah Nabawiyah), 2008).
Pendeta Bahira telah mengetahui tanda-tanda pada anak yang bernama Muhammad tersebut sebagai Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam (SAW), sebagaimana dalam kitab agamanya saat itu yang menyebutkan akan (turun) ada seorang lelaki bernama Muhammad dari Makkah sebagai nabi dan rasul terakhir.
“Dari mana engkau tahu hal itu?” tanya Abu Thalib heran kepada Pendeta Bahira.