Nasi Minyak, Dulu Santapan Keluarga Sultan Palembang
Nasi minyak ini ada yang warna kuning ada juga merah. Biasanya, pesta pernikahan yang masih menjalani adat istiadat, nasi khas Palembang ini hadir. Orang yang memasak nasi minyak juga tidak sembarangan. Penikmat nasi minyak ini memang dulunya kalangan keluarga Sultan Palembang, karena rakyat biasa tidak sanggup membuat karena biayanya mahal.
Biasanya, kalau tidak ada acara hajatan, selepas Shalat Jumat, atau bulan Ramadhan, hari raya, tersedia nasi minyak. Kalangan sultan Palembang makan nasi minyak (samin) dengan lauk pauknya acar timun, kedondong, sambal nanas, juga ayam kecap, sate pentol, atau malbi. Jadi, mereka menyantap nasi minyak memang tidak setiap hari.
Bumbu Kari Sudah Jadi
Cita rasanya, tak bisa dituliskan dengan kata-kata. Kota Palembang di Sumsel merupakan pusat perdagangan internasional yang banyak dilewati orang Arab (Timur Tengah), India, Cina dan lain-lain. Akulturasi budaya berbagai negara ini membuat corak kehidupan orang Palembang khususnya menjadi beragam, termasuk pengaruh sajian kulinernya.
Herlina, seorang ibu rumah tangga asal Palembang yang menetap di Lampung juga sering membuat nasi minyak pada hari-hari tertentu. Nasi minyak ini olahan bahan dari minyak samin dan campuran rempah-rempah. Ia terkadang kesulitan mencari minyak samin yang benar-benar untuk nasi minyak.
Menurut dia, hal utama dalam pembuatan nasi minyak ini yakni minyak samin, khususnya. Minyak samin ini tidak banyak di pasaran. Hanya ada toko-toko khusus penjual rempah-rempah, atau juga di pasar swalayan. Itupun jarang ada. Sekarang sudah ada juga yang jual bumbu kari sudah jadi, tinggal lagi menambah bumbu lainnya termasuk susu cair.
“Memang susah cari yang jual minyak samin yang khusus untuk buat nasi minyak. Tapi, sekarang sudah ada yang jual bumbu kari jadi,” kata Herlina, ibu dua anak ini.
Setelah minyak samin tersedia, nasi dari beras lokal dimasak dengan minyak samin dicampur racikan rempah-rempah seperti jintan, kunyit, dan pala yang rasanya seperti lidah orang melayu. Setelah nasi minyak dimasak, juga harus disediakan lauk pengiringnya seperti ayam kecap, sate pentol, sambel nanas, acar, dan juga kerupuk/kemplang.
Baca juga: Benjak Enjak, Kue Tradisional Lampung yang Mulai Luput
Selain itu, zaman dulu memasak nasi minyak ini harus menggunakan kayu bakar yang diletakkan di sebuah tungku dengan wajan besar. Pemasak nasi minyak menggunakan kayu khusus untuk mengaduk nasi yang dimasak setiap kali, agar nasi tidak lengket karena gosong di bagian bawah dekat dengan api kayu bakar.