Rintihan Sakit Imam Ahmad dan Nasehat Thawus bin Kaisan
Muridnya berkata, "Wahai Abu Abdullah (panggilan muridnya), kamu merintih sedangkan Thawus pernah berkata; 'Sesungguhnya malaikat menulis sampai rintihan orang sakit, karena Allah berfirman: 'Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir'."
Sontak Imam Ahmad berhenti merintih kesakitan. Ia menahan rasa sakitnya sekuat mungkin, agar mendapat perlindungan Allah, untuk mendapatkan pahala atas sakitnya yang dicatat malaikat.
Thawus bin Kaisan keturunan orang Persia yang wafat pada 106 H. Thawus panggilan akrabnya di zaman tabi'in, generasi kedua setelah sahabat Nabi Sholallahu’alaihu wassalam. Ibnu Hibban mengatakan, Thawus termasuk ahli ibadah dari penduduk Yaman, seorang ahli fiqih dan pemuka tabi'in.
Ada ungkapan Thawus yang melegenda sampai sekarang: "Tidak ada sedikitpun yang diucapkan anak Adam melainkan pasti dihitung atasnya hingga rintihannya saat sedang sakit."
Baca juga: Alquran, Manual Book Selamat Menuju Kampung Akhirat
Tatkala keluar ucapan baik akan dibalas atau diganjar kebaikan, sebaliknya ucapan yang buruk akan dibalas dan dicatat amal keburukan oleh malaikat. Allah SWT menugaskan para malaikat menjaga anak cucu Adam pada siang dan malam secara bergiliran.
"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang mengikutinya bergiliran di muka dan di belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah,” (QS. Ar-Raad: 11).
Betapa banyak kita lupa dengan karunia Allah selama hidup kita. Kita lupa atas kenikmatan hidup sehat dan berkecukupan. Ketika sakit (mendapat musibah), kita mengeluh, kita merintih, kita menangis tersedu-sedu.
Baca juga: Musibah Datang, Jangan Salahkan Alam, Salahkan Siapa?
Bahkan ada juga sampai berteriak lalu mendurhakai Allah atau suudzon (berburuk sangka) kepada Sang Pencipta. Tak sedikit menempuh jalan akhir dengan bunuh diri. Naudzubillahi min dzalik.
Sekelas Imam Ahmad bin Hambal saja, yang faqih ilmu agamanya, taat amal ibadahnya, memohon ampun kepada Allah karena rintihan sakitnya. Lalu, siapa kita? Mari kita memohon ampun kepada-Nya. Allahua'alam bishawab. (Mursalin Yasland)