Home > Risalah

Saat Lapang dan Sempit, Rezeki Itu Ujian

Allah memberi rezeki itu bisa jadi pada orang yang Dia cintai atau yang tidak Dia cintai.
Aktivitas penjual dan pembeli di Pasar Tamin, Bandar Lampung. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)
Aktivitas penjual dan pembeli di Pasar Tamin, Bandar Lampung. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)

SumatraLink.id -- “Rezeki itu sudah diturunkan di dunia ini, tinggal lagi kita mau atau tidak menjemputnya.”

Ungkapan itu keluar dari mulut seorang pimpinan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bandar Lampung kepada dua orang juniornya di sebuah warung makan lingkungan kantor Disdukcapil Kota Bandar Lampung, beberapa tahun lalu.

Dalam obrolan warung kopi pagi itu, menjelang waktu pensiunnya bapak paruh baya tadi terus memotivasi juniornya yang masih berstatus tenaga honorer sebagai Satpol PP, yang mulai mengeluhkan pendapatan pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya.

Keluhan para juniornya tersebut, telah ia alami selama 26 tahun sebagai tenaga honorer di berbagai instansi pemerintah di Lampung. Saat ini, anaknya sudah banyak yang selesai kuliah dan bekerja.

Tepatlah kiranya, ia memberikan wejangan semangat dan nasehat kepada juniornya untuk tidak patah arang mengarungi kehidupan meskipun hasilnya tidak seberapa. Namun, tetap yakin bahwa rezeki itu ada-ada saja, dan dari jalan yang tidak diduga-duga.

Allah Subhanahuwata’ala (SWT) berfirman, “Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka Dia akan berkata: ‘Tuhanku telah memuliakanku’. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizekinya, maka Dia berkata, ‘Tuhanku menghinakanku’.” (QS. Al- Fajr: 15-16).

Ath-Thobari rahimahullah menjelaskan, “Adapun manusia ketika ia diuji oleh Rabbnya dengan diberi nikmat dan kekayaan, yaitu dimuliakan dengan harta dan kemuliaan serta diberi nikmat yang melimpah, ia pun katakan, “Allah benar-benar telah memuliakanku.” Ia pun bergembira dan senang, lantas ia katakan, “Rabbku telah memuliakanku dengan karunia ini.”

Baca juga: Berjumpa di Bawah Payung Madinah

Kemudian ia menambahkan, “Adapun manusia jika ia ditimpa musibah oleh Rabbnya dengan disempitkan rezeki, yaitu rezekinya tidak begitu banyak, maka ia pun katakan bahwa Rabbnya telah menghinakan atau merendahkannya. Sehingga, ia pun tidak bersyukur atas karunia yang Allah berikan berupa keselamatan anggota badan dan rezeki berupa nikmat sehat pada jasadnya.

Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menyatakan, “Dalam ayat tersebut, Allah Ta’ala mengingkari orang yang keliru dalam memahami maksud Allah meluaskan rezeki. Allah sebenarnya menjadikan hal itu sebagai ujian. Namun dia menyangka dengan luasnya rezeki tersebut, itu berarti Allah memuliakannya. Sungguh tidak demikian, sebenarnya itu hanyalah ujian.

Baca juga: Kerak Neraka Sedalam Batu yang Jatuh Selama 70 Tahun

“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. Al-Mu’minun: 55-56).

Sebaliknya, jika Allah menyempitkan rezeki, ia merasa bahwa Allah menghinakannya. Sebenarnya tidaklah sebagaimana yang ia sangka. Tidaklah seperti itu sama sekali.

× Image