Hidayah Itu Dicari, Bukan Ditunggu (Bag. 1)
Kita membutuhkan hidayah untuk mengenali kebenaran, butuh pula hidayah untuk mampu berpegang teguh di atasnya. Bukankah mendapatkan hidayah atau petunjuk lebih mudah dibandingkan dengan mempertahankannya seumur hidup. Istiqomah memang berat daripada memulainya.
Mungkin tersisa dibenak kita, mengapa kita masih saja “biasa”, tidak tampak efek luar biasa, padahal kita juga berdoa kepada Allah SWT, paling tidak 17 kali dalam sehari semalam? Allah SWT tidak mungkin bakhil, tidak pula menyalahi atau menyelisihi janji-Nya atas permintaan hamba-Nya. Efek yang belum terasa, atau tidak begitu kuat pengaruhnya, boleh jadi karena kurangnya penghayatan kita terhadap doa yang kita panjatkan.
Baca juga: Berjumpa di Bawah Payung Madinah
Kita memohon kepada-Nya, namun tidak tau apa yang kita minta, atau tidak menyadari, permohonan apa yang kita panjatkan kepada-Nya. Allah SWT tidak mengabulkan doa yang berangkat dari hati yang lalai. Boleh jadi, permintaan kita kepada Allah SWT yang terbaik belum tentu baik bagi Allah SWT atau sebaliknya. Hendaknya kita selalu berserah diri kepada-Nya atas kehendak-Nya. Menerima kenyataan yang diberikan oleh Allah SWT perkara baik dan buruk menjadikan kita terus berbaik sangka kepada-Nya.
“Ketahuilah, sesungguhnya Allah SWT tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai” (HR Tirmizi, Al-Albani menyatakan, “hadits hasan”).
Atau bisa jadi pula, karena ikhtiar kita untuk mendapatkan hidayah belum optimal. Selain doa yang menuntut hadirnya hati, juga terhindarnya kita dari faktor-faktor penghalang terkabulnya doa, mestinya kita iringi doa dengan ikhtiar.
Baca juga: Kerak Neraka Sedalam Batu yang Jatuh Selama 70 Tahun
Hidayah irsyad kita cari dengan banyak belajar, menelaah Alquran dan Assunnah, mengkaji kitab-kitab yang ditulis para ulama salah maupun khalaf, maupun menghadiri majelis-majelis ilmu yang luruh berdasarkan Alquran, Hadist, dan pandangan para sahabat Nabi SAW. Adapun hidayah taufik, hendaknya kita cari dengan bergaul bersama orang-orang shalih dan bermujahadah untuk menjalankan amal-amal penyubur iman.
Keliru jika berfikir bahwa mendapat hidayah berarti Allah SWT menurunkan malaikat yang akan mengajak seseorang yang berada di jalan yang sesat, lalu masuk Islam, atau dari perbuatan yang menyimpang menjadi bertaubat, atau menuntunnya melakukan amal kebaikan setiap saat sepanjang hidupnya tanpa ada usaha dari orang tersebut. Hal ini sangat mustahil, dan jarang terjadi bila tanpa usaha. Kendati pun ada yang begitu, sesungguhnya hal tersebut tipu muslihat dari syaitan dan sekutunya. (Dinukil dari Buku Sepotong Paha dari Aisyah, penulis Mursalin Yasland)