Home > Kisah

Petani Damar Pesisir Selatan, Hidup Segan Mati Jangan (Bag. 1)

Banyak petani terpaksa menebang pohon damar hasil warisan nenek moyang diganti dengan tanaman lain yang lebih menguntungkan.
Seorang petani di Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat, sedang memanjat pohon damar untuk mengambil getah damar. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)
Seorang petani di Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat, sedang memanjat pohon damar untuk mengambil getah damar. (Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)

SumatraLink.id, Lampung -- Zaman telah berubah, kejayaan masa lalu tinggal kenangan. Setidaknya gambaran nasib petani damar (Agathis dammara [Lamb] Rich) di Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, saat ini.

Pohon damar berusia ratusan tahun sebagian masih tampak di ladang petani. Tapi, sebagian besar banyak petani yang terpaksa menebang pohon damar hasil warisan nenek moyang diganti dengan tanaman lain yang lebih menguntungkan untuk kelangsungan hidup.

Damar dalam penelitian ini dihasilkan pohon famili Dipterocarpaceae dan Burseraceae. Masyarakat Suku Anak Dalam bermukim di Taman Nasional Bukit Duabelas memanfaatkan damar untuk bahan bakar obor, obat, ritual dan perekat. (https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/80541).

Dalam penelitian Nurhasbi dan Sudrajat, damar salah satu spesies pohon yang termasuk dalam famili Araucariaceae. Tumbuhan ini tersebar alami di Papua New Guinea, New Britain, Indonesia, Filipina dan Malaya. Spesies ini umumnya tumbuh pada dataran tinggi (300-1200 mdpl dengan curah hujan 3000-4000 mm/tahun.

Pohon damar tumbuh dengan baik dengan curah hujan stabil, kayu agathis termasuk kedalam kayu dengan spesies agak kuat namun tidak awet dan tidak tahan terhadap pembusukan. Resin yang dihasilkan dari bagian dalam kulit kayu merupakan bagian penting dalam pembuatan pelitur. (https://ipbiotics.apps.cs.ipb.ac.id/index.php/tumbuhan/1416).

Pohon setinggi belasan meter tak membuat nyali Sumiyati kecut. Ibu berusia setengah abad ini, salah seorang perempuan pemanjat pohon damar ulung asal Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung.

Sumiyati dan warga kecamatan ini, laki dan perempuan bergantung hidup pada pohon damar yang kini usianya ratusan tahun lebih. Pohon-pohon damar ada yang berdiameter lebih satu meter ini, warisan nenek moyang mereka, menjadi andalan utama warga berprofesi petani damar untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya.

Perempuan-perempuan tangguh semacam Sumiyati, tak heran “bersaing” dengan suami-suaminya dalam menyadap getah damar. Topi, kain penutup hidung dan mulut, keranjang dan tali rotan serta pisau, selalu melekat di tubuh Sumiyati dan ibu-ibu lainnya saat memanjat pohon berdiameter semeteran.

Mereka mencari getah damar dengan memanjat pohon yang telah dililit dengan tali rotan di badannya. Seperti memetik buah kelapa, pohan damar pun harus diberi pijakan untuk menempuh tempat tertinggi. Untuk mencari getah, mereka mengorek pohon damar dengan bentuk segitiga-segitiga kecil.

Korekan-korekan hasil sayatan pisau di badan pohon ini, akan memunculkan getah damar, namun mereka harus menunggu setidaknya dua pekan bahkan sebulan lebih setelah dikorek, agar getah mengering dan berkualitas.

“Tapi biasanya, kami mengambil getah dua minggu sekali, takut dimaling orang,” tutur Sumiyati, yang memiliki empat anak masih SD dan SMP.

Kabupaten Lampung Barat terkenal hingga manca negara dengan produksi hutan alamnya yakni getah damar Mata Kucing (Shorea javanica) yang berada di kawasan pesisir sebelah barat pulau Sumatra. Kawasan hutan damar Krui seluas 29 ribu hektare ini sudah ditetapkan pada Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 47/Kpts-II/1995, sebagai kawasan dengan tujuan istimewa.

Setidaknya, pemerintah telah mengakui warisan nenek moyang dan adat setempat sebagai kearifan lokal yang harus dilestarikan. Repong damar garapan petani damar mampu mengangkat nama daerah bahkan negeri ini di mata internasional. Sehingga pengelolaan sumber daya hutan harus digalakkan kelestariannya dengan tidak merubah status dan fungsi hutan. Bersambung... (Mursalin Yasland)

× Image