Home > Risalah

Hidayah Itu Dicari, Bukan Ditunggu (Bag. 3/Habis)

Banyak yang tergiur kehidupan dunia dan menjadikan satu-satunya harapan. Sukses menurutnya, menumpuk harta dan mencari kedudukan semata.
Suasana pemukiman penduduk di Kota Bandar Lampung. (Ilustrasi Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland) 
Suasana pemukiman penduduk di Kota Bandar Lampung. (Ilustrasi Foto: SumatraLink.id/Mursalin Yasland)

SumatraLink.id -- Hidayatul irsyad adalah ilmu syar’i yang sahih dimana kita bisa mengetahui kebenaran (ma’rifatul haq), sedang hidayatut taufiq adalah kelapangan hati untuk mengamalkan dan selalu berada di atas kebenaran. Dua hal ini tidak akan kita dapatkan jika Allah tidak menghendaki kita mendapatkannya.

Sehingga yang harus kita lakukan adalah mencari dan memohon kepada Pemiliknya. Mencari berbagai hal yang bisa mendatangkan hidayah dan berusaha menghancurkan semua yang menghalangi kita dari hidayah. Syaikh Abdurahman bin Abdullah as-Sahim, dalam risalahnya menjelaskan, ada beberapa hal yang bisa mendatangkan hidayah;

Pertama, adalah bertauhid dan menjauhi syirik. Kedua, menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ketiga, inabah, bertaubat dan kembali kepada Allah. Keempat, i’tisham, berpegang teguh kepada kitabullah. Kelima, berdoa dan berusaha keras mencarinya. Keenam, memperbanyak dzikir.

Selain sebab-sebab yang bisa mendatangkan hidayah, ada juga beberapa hal yang akan menghalangi masuknya cahaya hidayah ke dalam hati, diantaranya. Pertama, minimnya pengetahuan dan penghargaan atas nikmat hidayah.

Ada sekian banyak manusia yang tergiur dengan dunia dan menjadikannya satu-satunya hal yang paling diharapkannya. Sukses dimatanya adalah capaian harta dan kedudukan di mata manusia. Kesuksesan yang bersifat ukhrowi dinomorduakan, dan berfikir bahwa hal seperti itu bisa dicari lagi dilain kesempatan.

Meski sudah mendapatkan lingkungan yang baik, kesempatan belajar agama yang benar, rezeki yang halal meski sedikit, ia tidak segan meninggalkannya demi meraih dunianya. Itu karena rendahnya penghargaan atas hidayah Allah berupa teman yang shalih, dan ilmu dien yang telah diberikan kepadanya. Firman Allah SWT;

Baca juga: Hidayah Itu Dicari, Bukan Ditunggu (Bag. 2)

“Mereka hanya mengetahui yang tampak dari kehidupan dunia sedang tentang (kehidupan) akhirat mereka lalai.” (QS. Ar Rum: 7)

Selanjutnya yang kedua, hasad dan kesombongan. Ketiga, jabatan, Keempat, syahwat dan harta. Dan kelima, kebencian.

Seseorang yang membenci orang lain, si A misalnya, ketika si A mendapatkan hidayah berupa masuk Islam. Taubat dari suatu maksiat, semangat belajar Islam atau yang lain, kebenciannya akan menghalanginya untuk mengikuti jejak orang yang dia benci itu. Kesombongan, gengsi dan kejengkelan tumbuh subur di atas lahan kebenciannya dan menghalangi cahaya hidayah masuk menerangi hatinya.

Baca juga: Hidayah Itu Dicari, Bukan Ditunggu (1)

Karena hidayah itu tak memiliki titik akhir, seberapapun seorang hamba mampu mencapainya.

Allah SWT berfirman; ”Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal-amal shalih yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu dan lebih baik kesudahannya.” (QS.Maryam: 76). (Dinukil dari Buku Sepotong Paha dari Aisyah, penulis Mursalin Yasland)

× Image