Mengulik Kisah Haru Ibu dan Anaknya Isa Putra Maryam
Isa melanjutkan, “Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikanku seorang Nabi,” (QS. Maryam: 30). Ikrimah menyatakan, setelah ucapan Isa mendapat anugerah Kitab Injil dan menjadi Nabi yang telah diputuskan Allah SWT. Masyarakat semakin tercengang dengan tuduhan terhadap Maryam selama ini.
“Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati, dimana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup,” (QS. Maryam: 31).
Isa menjadi seorang yang diberkati, menurut ulama seorang yang berilmu dan berfaedah bagi semua di mana saja ia berada. Isa juga diperintahkan shalat dan mengeluarkan zakat.
“Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka,” (QS. Maryam: 32). Setelah beribadah, Isa juga tidak dilupakan untuk berbakti kepada ibunya (orangtuanya).
Setelah mengakui menjadi hamba Allah, diteruskan taat beribadah, dan perintah berbakti kepada orang tua, Isa juga Allah tidak jadikan seorang yang sombong dan celaka.
Ulama salaf mengartikan sombong dan celaka ini, sesuatu perbuatan bertentangan dengan fitrahnya yakni buruk akhlaknya dan berbangga diri. Bila ia tidak taat dan tidak berbakti kepada orang tua, maka ia disebut orang sombong.
Baca juga: Jangan Menjadi Orang Buta di Akhirat
“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali,” (QS. Maryam: 33).
Ulama tafsir mengatakan, Isa sadar ia lahir sebagai hamba Allah, dan meninggal dunia kehendak Allah, juga dibangkitkan hidup lagi seperti makhluk lagi karena izin Allah SWT.
Kisah Maryam dan anaknya Isa Putra Maryam dalam ayat-ayat ini, menjadi ibroh dan inspirasi bagi kita yang hidup di akhir zaman, betapa seorang ibu yang tegar dalam menghadapi musibah dan tuduhan keji terhadap dirinya dengan sabar.
Pelajaran terbaik yang dapat dipetik dari Isa Putra Maryam, ia mengakui sebagai hamba Allah, yang lahir, mati, dan bangkit lagi. Selama hidupnya, Isa juga taat beribadah (shalat dan zakat), berbakti kepada orangtua (ibunya), dan tidak sombong. Allahua’lam bishawab. (Mursalin Yasland)