Andai Engkau Tahu, Niscaya Sedikit Tertawa Banyak Menangis
SumatraLink.id -- Sungguh, perjalanan hidup manusia di dunia yang notabene panjang dan lama, niscaya sangatlah pendek. Pendek, dibandingkan perjalanan menuju kampung akhirat. Perjalanan sesungguhnya ialah perjalanan ke kampung akhirat setelah kematian. Sangat menegangkan dan merisaukan.
Banyak manusia di dunia tak menyadari, bahkan terlelap "tidur" dengan kemewahan dan kesenangan duniawi. Sedikit sekali manusia yang bersyukur atas nikmat-Nya. Padahal, nikmat mana lagi yang kamu dustakan, seperti kata Alquran Surah Ar Rahman (55), yang diulang-ulang sampai 31 kali.
Manusia akan tersadar dan terbangun dari tidur lelapnya, tatkala sudah meninggalkan kampung dunia dan berada di alam barzah. Banyak manusia yang baru bangun dari tidur lelapnya di dunia setelah masuk kubur. Mereka terhenyak dan tersadar.
Betapa dahsyatnya alam tersebut, membuat penghuninya ingin balik ke dunia. "Izinkan aku kembali ke dunia lagi, hanya ingin melaksanakan sholat dua rakaat saja," pinta si mayit pada Allah Subhanahuwata’ala (SWT).
Dua rakaat sebelum Subuh, memang pahalanya melebihi dunia dan seisinya. Ya, dunia dan seisinya. Tak ada lagi kekayaan selainnya; dunia dan seisinya, sangatlah diharapkan para penghuni kubur.
Selain itu, “Sesungguhnya shalat yang paling berat dilaksanakan oleh orang-orang munafik adalah shalat Isya dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaan keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ya, kenapa harus merangkak. Betapa dahsyatnya bocoran informasi dari Rasul SAW sehingga kita harus rela merangkak mendatanginya. Itu karena kita tidak tahu dan tidak mau tahu.
Ketidaktahuanlah membuat kita terlena dan terus terlena, dan lalai. Kita menganggap dunia harus dan wajib dikejar sampai kita berletih siang dan malam. Urusan akhirat kita sepelekan bahkan diabaikan.
Baca juga: Mudik Lebaran, Ini Tips Bersafar Selamat Sampai Tujuan
Itu tadi, karena kita tidak tahu dan tidak mau tahu Andai saja kita tahu Sungguh, di dunia ini, kita sedikit tertawa, banyak menangis.
Nabi Muhammad Sholallahu’alaihi wassalam (SAW) sudah membocorkan jawabannya. “Andai kalian tahu apa yang aku (Nabi) tahu, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR Bukhari dan Muslim).
Sedikit tertawa dan banyak menangis. Itulah Nabi SAW. Meski sudah dijamin masuk surga namun masih mengerjakan amal sholeh di dunia, hingga kakinya bengkak saat sholat malam berlama-lama, saking panjangnya bacaan suratnya.
Lalu, kita bagaimana. Kita bukan nabi dan para sahabatnya. Kita bergelimang dosa, dan selalu menyelisihi perintah Allah dan Rasul-Nya. Mementingkan urusan dunia dibading urusan akhirat. Yang hanya belajar ilmu agama di sekolah dua jam pelajarandalam sepekan. Yang mendapatkan ilmu agama sekali dalam satu jumat (saat khotib naik mimbar), atau dua kali dalam setahun (Idul Fitri dan Idul Adha).
Baca juga: Jangan Menjadi Orang Buta di Akhirat
Karena kita sampai saat ini tidak tahu dan tidak mau mengetahui. Sungguh, bocoran dari Nabi kita, seharusnya meletupkan jiwa kita menuju derajat tersebut.
Sedikit tertawa dan banyak menangis, tatkala sakitnya sakaratul maut. Dan ini sudah dirasakan Nabi SAW tatkala menjelang sakaratul maut dihadapan putri tercintanya Fatimah Azzahra.