Mudik Lebaran, Ini Tips Bersafar Selamat Sampai Tujuan
SumatraLink.id – Sudah menjadi tradisi mayoritas umat Muslim di Indonesia, menjelang hari raya (Lebaran) Idul Fitri ‘pulang kampung’ atau istilahnya mudik lebaran. Aktivitas ini dinilai positif untuk menyambung dan mempererat silaturahmi kepada orangtua, saudara, kerabat, dan keluarga besar, terutama bagi para perantau.
Ajang mudik lebaran ini nyaris bersamaan tempat dan waktunya, sehingga banyak menimbulkan masalah selama bersafar (menempuh perjalanan jauh) menuju tempat tujuan. Diantaranya, persiapan (bekal) berangkat, selama perjalanan, hingga mendekati tempat tujuan.
Siapa yang tidak senang dan gembira bertemua orang tua bila masih hidup, atau bercengkerama dengan saudara atau keluarga dekat, semasa mengenang masa kecil dan sekolah di tempat kelahiran. Semua perantau, rata-rata merindukan untuk kembali ke masa-masa lalu yang penuh haru biru.
“.... Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu,” (QS. An-Nisaa: 1).
Dalam tafsir Ibnu Katsir, Adh-Dhahhak berkata, bertakwalah kepada Allah yang dengan-Nya kalian saling mengikat janji dan persetujuan, serta takutlah kalian memutuskan silaturrahmi, namun berupayalah untuk berbuat baik dan menyambungnya.
Baca juga: Jangan Menjadi Orang Buta di Akhirat
Dalam Islam, mempererat dan menyambung silaturrahmi penting dan utama. Bahkan, tidak saja silaturrahmi kepada orang tua, saudara, dan keluarga besar, syariat Islam juga menekankan seorang anak baik dalam status anak yatim atau piatu atau keduanya hingga dewasa dan berkeluarga, harus menyambung tali silaturrahmi kerabat dekat orang tuanya semasa bergaul.
"Sesungguhnya termasuk katagori berbakti yang paling baik adalah seseorang menyambung tali silaturahim dengan keluarga teman bapaknya setelah dia meninggal dunia," (HR. Muslim).
Baca juga: Sifat Sombong Berujung Binasa dan Celaka
Itu poin silaturrahmi yang menjadi landasan mudik lebaran. Selanjutnya kembali kepada masalah pokok bersafar mudik lebaran. Mudik lebaran, selain silaturrahmi, juga sekalian melepas kepenatan dalam mencari ma’isya (penghidupan) selama 11 bulan.
Semua kita butuh penyegaran (refressing) dan ‘pengecasan’ (recharging) agar kembali lagi ‘otot-otot’ dan ‘otak-otak’ yang terforsir dan terkuras selama berbulan-bulan. Hal ini penting, agar setelah berpuasa selama sebulan penuh mencapai garis finish pada saat Idul Fitri menjadi terlahir kembali seperti layaknya ketika bayi dan kanak-kanak tanpa dosa.