Home > Risalah

Segenggam Garam Lebih Baik dari Peminta-minta

Profesi pengemis dadakan modus orang miskin mengatasnamakan yayasan panti asuhan dan anak yatim piatu, dijadikan ladang mencari duit mudah dan praktis.
Ilustrasi pengemis. (Foto: Republika/Yasin Habibi)
Ilustrasi pengemis. (Foto: Republika/Yasin Habibi)

SumatraLink.id – Sudah menjadi ‘tradisi’ tahunan menjelang lebaran Idul Fitri para pengemis dadakan berkeliaran di jalanan, dan dari rumah ke rumah untuk meminta sedekah, zakat, THR, dan lain sebagainya. Kehadiran pengemis musiman modus ini terkadang kerap menggangu kenyamanan orang sedang berpuasa di akhir Ramadhan.

Terkadang para pengemis ini dikoordinasi oleh seseorang atau lembaga tidak resmi untuk ‘bergerilya’ dari rumah ke rumah. Menjelang lebaran, pengemis dadakan berusia tua dan muda, lelaki dan perempuan, bahkan ada yang membawa bayi dan anak kecil, menyisir dari gang ke gang, dan lorong ke lorong, dan dari perumahan ke perumah lain.

Modal kantong kresek, kotak infak, dan lembaran daftar list yang sudah usang dan tak dapat dibaca lagi berisi nama-nama tidak jelas, mereka menggedor pintu pagar, pintu rumah, dan mengucapkan salam kepada penghuni rumah. Sebagian besar pengemis dadakan ini tidak sopan dan tidak mengetahi adab-adab bertamu.

Rata-rata para pengemis dadakan ini, tidak jujur dan mengaku dirinya orang fakir mengatasnamakan yayasan panti asuhan dan anak yatim piatu. Profesi ini dijadikan ladang mencari duit secara mudah dan praktis, dengan modal pakaian lusuh, sobek, memakai baju kokoh, dan peci. Bahkan ada yang berbohong rela menjadi orang patah kaki dan tangan agar dikasihani.

Terhadap pengemis dadakan yang tidak jujur ini, harus dihadapi berbeda dengan orang yang benar-benar dari keluarga tidak mampu atau orang fakir. Pengemis dadakan ini tetap diperlakukan secara baik layaknya seorang tamu, dan tentu diberikan edukasi, agar pekerjaannya seperti itu tidak baik karena menipu orang lain bertameng pengemis atau orang miskin.

Baca juga: Kemuliaan Seseorang Tak Sebatas Penampilan Semata

Imam Ahmad Rohimahullah (RH) berkata, “Kami mendapatkan cerita dari Ibnu Amir, dari Abu Bakar, dan Hisyam, dari Muhammad, dari Abu Hurairah, ia berkata, “Seorang lelaki pulang kepada keluarganya. Melihat keadaan mereka yang sangat membutuhkan makanan, lalu ia pergi ke gurun. Istrinya yang melihat hal itu segera bangkit menuju batu penggilingan, lalu meletakkannya.

Baca juga: Andai Engkau Tahu, Niscaya Sedikit Tertawa Banyak Menangis

Selanjutnya, ia menuju ke dapur. Setelah menyalakan tungku, ia berdoa, ‘Ya Allah, tolong beri kami rezeki’. Ia kaget ketika melihat mangkok batu penggilingan itu penuh dengan benda. Ia pergi ke dapur dan mendapati bejana tersebut penuh dengan uang.”

× Image